detikNews Tel Aviv - Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman memperingatkan Syria jika membuka konflik baru dengan Israel maka negara tetangganya ini tidak akan mampu bertahan lama. "Pasukan Syria akan kalah dan rezim yang berkuasa saat ini pasti akan dapat kami lengserkan," jelas Lieberman di depan civitas akademika Universitas Bar-Ilan di dekat Tel Aviv, Sabtu (6 /2 /2010). Lieberman juga mengancam negeri Bani Umayyah ini agar melupakan usaha mereka untuk mendapatkan kembali dataran tinggi Golan yang telah direbut Israel pada perang Arab-Israel tahun 1967. Pernyataan keras Lieberman ini datang setelah Presiden Syria Bashar Assad menuduh Israel tidak menginginkan perdamaian terjadi dan adanya pernyataan Menlu Syria bahwa tentaranya akan menyerang kota-kota Israel dalam konflik yang akan datang. "Syria telah melewati batas merah yang tidak bisa kita abaikan. Pesan kita jelas kepada Assad: dalam perang yang akan datang tidak hanya anda yang kalah, tetapi juga keluarga anda akan kehilangan kekuasaan," lanjutnya. Lieberman saat ini mengetuai Yisrael Beiteinu, sebuah fraksi politik radikal di Israel. Sebelumnya dia juga pernah berkomentar bahwa anggota parlemen Israel keturunan Arab yang melakukan pertemuan dengan kelompok militan Palestina harus dihukum dan Presiden Mesir 'go to hell'. Tapi ungkapan terakhir ini segera dia koreksi dan minta maaf karena telah menyinggung pemimpin Mesir. Bahasa-bahasa provokatif Lieberman akhir-akhir ini sangat bertolak belakang dengan pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengatakan bahwa Israel sangat serius mencari solusi untuk proses damai dengan semua negara tetangganya di Timur Tengah termasuk dengan Syria. "Bahkan saya akan rela keliling dunia untuk mencari bantuan dan dukungan dari pihak ketiga yang bersedia menjadi penengah konflik Israel dengan Syria tanpa syarat apapun," kata Netanyahu, Rabu (3 /2) , lalu. Pada kesempatan yang sama, Juru Bicara Perdana Menteri Netanyahu, Nir Hefetz mengatakan Lieberman telah bertemu empat mata dengan PM Netanyahu tentang isu Syria. "Keduanya mengemukakan bahwa kebijakan Pemerintah Israel jelas. Israel mencari jalan damai dan bersedia melakukan negosiasi dengan Syria tanpa syarat apapun. Namun demikian, Israel akan tetap mengambil langkah- langkah agresif jika ancaman terhadap negerinya nyata," jelas Nir Hefetz. Golan sebelum perang tahun 1967 masuk sebagai wilayah Syria. Pendudukan Israel di Dataran tinggi ini merupakan salah satu isu besar yang menjadi penghalang pembicaraan damai dengan Syria. Negara yang juga tetangga Lebanon ini semakin gencar menyatakan niatnya untuk memperoleh kembali Golan. Tapi Lieberman mengatakan tidak mungkin Golan akan dikembalikan. "Kita harus menyadarkan Syria, sama seperti Syria melepaskan mimpinya untuk mewujudkan Syria Raya dengan keluar dari Lebanon, maka Syria juga harus melepaskan mimpinya untuk merebut Golan," tutur Lieberman. Belum ada pernyataan resmi Pemerintah Syria tentang ucapan Lieberman yang terakhir ini. Pada tahun 2008 beberapa kali perundingan antara Syria dan Israel telah dilakukan guna membicarakan kasus Golan, tapi belum mencapai hasil yang berarti. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak sebelumnya juga mengingatkan jika penyelesaian damai tidak terwujud antara Syria dan Israel dalam kasus Golan, maka besar kemungkinan jika perang terjadi akan berskala regional.
*Ahmad Syofian Penulis adalah koresponden Detikcom yang sehari-hari menjabat Sek-3 /Pensosbud KBRI Beirut.
7.2.10
Isra'el peringatkan Syiria untuk hapus mimpi memperoleh Golan
Posted By
Abdurrahman Haidar
On
Minggu, Februari 07, 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar