14.2.10

Kriteria Calon Ketua Umum PBNU


*NU Online*
Ketua umum PBNU KH Hasyim Muzadi menyampaikan keinginan agar penggantinya adalah sosok pemimpin manejerial atau yang bisa menata organisasi NU sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan saat ini. Hal ini disampaikan saat memberi pengaragan pada acara pramuktamar dan pembukaan dialog nasional kebangsaan yang digelar PWNU Sulteng di Palu Golden Hotel, Juma’t malam (12 /2) yang dihadiri oleh para ulama dan kaum nahdliyin yang datang dari berbagai daerah seperti Maluku, Maluku Utara dan Papua. Menurutnya, kendala NU sebagai sebuah organisasi perlu dibahas dalam muktamar NU di Makassar nanti. ‘’Pengaturan organisasi NU masih menjadi kendala. Karena itu saya berharap pengganti saya adalah tipe pemimpin yang bisa menata organisasi NU,’’ kata Hasyim Muzadi seperti dikutip Radar Sulteng. Pada acara itu keenam kandidat ketua PBNU memang hadir. Mereka adalah KH Said Aqil Siraj, KH Masdar Farid Mas’udi, KH Salahuddin Wahid, KH Achmad Bagdja, KH Andi Jamaro, dan KH Slamet Efendi Yusuf. Di antara kandidat, baru Solahuddin Wahid yang terang-terang menyatakan siap memimpin PBNU. Dalam pengarahannya, Hasyim Muzadi mengatakan kepemimpinan merupakan salah satu dari tiga kriteria seorang ulama. Dua kriteria lain adalah ilmu dan amaliah, serta konsistensi, istiqomah dan keteguhan dalam keulamaan. Kondisi sekarang konsistensi itu mulai luntur sehingga rontoklah pilar ilmu. ‘’NU harus mengikis masalah-masalah ini, ’’ katanya.Menurutnya, NU selama ini bergerak pada banyak bidang, meliputi dakwah, pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Karena itu, Ia butuh pengganti yang mampu meneruskan dan merealisasikan program- program yang teleh dirintisnya selama 10 tahun terakhir. Mantan Ketua PWNU Jatim ini mengatakan, NU tidak bisa hanya diatur dengan kharisma tokoh atau kiai, tetapi juga butuh sistem dan managemen yang lebih rapi. ”Ketua tanfidziyah itu haruslah manajer, sehingga bisa langsung menjalankan perbuatan-perbuatan kongkret di lapangan berupa proyek-proyek NU seperti bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi,” katanya di sela acara peletakan batu pertama gedung PBNU II, Jl Matraman Timur 5 , Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (26 /1). Ia menegaskan, kharisma NU itu ada pada kiai yang di struktur PBNU mengisi posisi di syuriah. Sedang tanfidziyah yang bertindak sebagai pelaksana program diisi oleh figur-figur yang mengerti manajemen organisasi. ”Saya berharap nanti syuriyah yang memegang kharisma dan akan didampingi oleh tanfidziyah yang memang benar-benar mengerti tentang sistem dan managemen,” katanya. Dengan demikian, ia berharap, konsistensi NU dalam memegang syariah, aqidah dan manhaj akan terjamin, sementara berbagai produk pemikiran itu akan direalisasikan oleh tanfidziyah berupa proyek-proyek yang bermanfaat bagi umat. Menanggapi komentar KH Hasyim Muzadi itu, calon Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj mengatakan, NU memang butuh figur manajer untuk membenahi kelemahan-kelemahan NU saat ini. “Saya setuju dengan pendapat Pak Hasyim. NU memang butuh figur yang mampu memanej khithah, memanej organisasi, memanej program NU, serta transparan,” kata Kang Said, demikian ia akrab disapa. Senada dengan Kang Said, Masdar Farid Mas’udi juga sependapat dengan KH Hasyim Muzadi. Menurutnya, NU memang membutuhkan figur berpengalaman yang bisa memanej NU dalam menjalankan bidang- bidang garapan NU, seperti dakwah, pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. “Memang itu sangat penting sekali,” katanya. Kandidat Ketua Umum PBNU lainnya, Ahmad Bagdja mengatakan, NU memang membutuhkan manager handal, berdedikasi tinggi, dan siap tidak populer. “Yang dibutuhkan NU manajeman yang mengatur dengan tegas dan jelas fungsi kewenangan masing-masing bagian dalam NU. NU sebagai induk orang, apa fungsi dan kewenangannya. Demikian juga dengan Badan Otonom, lembaga dan lajnah sebagai perangkat NU, apa fungsi dan kewenangannya,” katanya. Menurutnya, dalam perspektif manajemen, syuriah adalah pemimpin, pengarah, penanggung jawab, kebijakan organisasi. “ Sedang tanfidziyah adalah pelaksana operasional di lapangan. Tanfidziyah adalah manager organisasi yang mengatur proses operasional program-program NU,” jelas mantan Ketua Umum PB PMII ini. Menarik dinantikan, siapakah yang bakal terpilih sebagai Ketua Umum PBNU menggantikan KH Hasyim Muzadi. Apakah Said Aqil Siradj atau Masdar Farid Masudi yang dikenal pakar ilmu agama dan berpengalaman selama puluhan tahun menjadi pengurus PBNU. Atau Ahmad Bagdja yang dikenal sebagai organisator sejak masih belia. Ia aktif di PBNU bersama Gus Dur selama 15 tahun dan 10 tahun bersama KH Hasyim Muzadi. Bisa juga Gus Sholah yang terpilih. Ia adalah calon non-struktural yang punya akar kuat di kalangan pesantren. Selain menjadi pengasuh pesantren Tebuireng, pengalaman manajerial adik kandung Gus Dur ini juga tak bisa dianggap remeh. Tidak menutup kemungkinan, Slamet, Ulil dan Ali Maschan mampu membuat kejutan. Jawaban semua itu ada di tangan peserta Muktamar. Di tangan merekalah maju mundurnya NU ditentukan. Katib Aam PBNU, Nasaruddin Umar mengatakan, yang dibutuhkan oleh NU saat ini adalah para manajer yang mampu mengelola organisasi dengan baik. Namun, kata tokoh NU asal Sulawesi Selatan ini, di lingkungan NU mudah sekali mencari orang yang bertipe pemimpin, tetapi sulit untuk mencari figur manager. “Kalau pemimpin kan pesyaratannya sudah senior, darah biru, laki- laki, memiliki popularitas, dan lainnya, ini banyak di NU, tapi kalau kita bicara manager, tak mesti tokoh, populer atau darah biru, tapi kasih 100 persoalan, akan diselesaikan,” kata saat membuka Rakernas LP Maarif NU di Bandung, akhir pekan lalu. Para manager kreatif dan mumpuni inilah yang diharapkan mampu melakukan sebuah perubahan dan memaksimalkan potensi yang ada di NU. Nasaruddin berharap warga NU di Jatim, Lampung, Sulawesi Selatan atau lainnya mendapatkan sentuhan dari para pemimpinnya. Ketua Umum PBNU yang akan datang diharapkan juga memberi perhatian lebih kepada pendidikan NU yang berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan Maarif. “Kalau perlu Maarif memberikan PR (Pekerjaan Rumah) kepada calon pemimpin NU yang akan datang, tidak usah yang lain,” katanya. Seperti diberitakan sebelumnya, Muktamar ke-32 NU yang bakal digelar di Makassar, 22-27 Maret mendatang diramaikan dengan munculnya tujuh kader NU yang mencalonkan diri sebagai Ketua Umum. Mereka adalah Salahuddin Wahid (Gus Sholah), Ahmad Bagdja, Said Aqil Siradj, Masdar Farid Mas’udi, Slamet Efendi Yusuf, Ulil Abshor Abdalla dan Ali Maschan Musa yang baru muncul belakangan.(*)

0 komentar:

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!