15.4.10
Kisah tragis Tajudin,Nikah 10/10/2010,dan SMS Permintaan Maaf.
Posted By
Abdurrahman Haidar
On
Kamis, April 15, 2010
Salah satu dari tiga anggota Satpol PP yang tewas dalam kerusuhan di Priok, Ahmad Tajudin, ternyata hendak mengakhiri masa lajangnya. Tujuh bulan lagi Tajudin akan menikahi sang kekasih. Karena itu pula pria ini semakin rajin saja bekerja agar kariernya meningkat. Saran temannya agar dia tidak ikut terjun dalam eksekusi lahan makam Mbah Priok pun tak dia hiraukan.
BULAN Oktober 2010 menjadi momen yang diimpikan oleh Ahmad Tajudin dan sang kekasih, Aida Afrianti. Mereka selalu ingin berdua memadu kasih selama-lamanya hingga membina mahligai rumah tangga. Namun kini Aida harus sendiri. Perempuan ini ditinggal pergi selama-lamanya oleh Tajudin yang tewas saat menjalankan tugas sebagai Satpol PP Pemprov DKI Jakarta. Aida tak bisa menutupi kesedihannya. Apalagi bila mengingat semua persiapan untuk pernikahan sudah dirancang dengan baik. Misalnya dia dan Tajudin sudah merencanakan akan menikah pada tanggal cantik, yakni 10-10-2010. Tapi rencana ini harus dia kubur dalam-dalam saat mengetahui calon suaminya pulang tanpa nyawa. “Pertama kali saya tahu dia sudah meninggal itu jam 7.30 malam ( kemarin),” kata Aida Afrianti. Saat itu, ada rekan sejawat Tajudin mencari rumah Tajudin. “Saya lalu tunjukin rumah dia.” Aida bercerita sambil terisak menahan tangis. Aida sempat bertanya ada apa dengan calon suaminya? “Petugas itu cuma jawab nanti pimpinan saja yang kasih tahu,” katanya. Saat tahu Tajudin telah tiada, Aida pun tak kuasa menahan tangis dan menyusul ke Rumah Sakit Koja. Kakak tertua M. Tajudin, Siti Zulaiha, saat ditemui di rumah duka, Jalan HH, RT 09 RW 01 Nomor 43 , Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (15 /4) kemarin, membenarkan adiknya akan menikah. “Tajudin mau menikahi Aida Afrianti bulan 10 dan menyelesaikan kuliah,” kata Siti yang baru saja melepas kepergian rombongan Gubernur DKI Fauzi Bowo yang melayat ke rumah sederhananya. Suasana duka memayungi rumah keluarga korban. Selain Gubernur, para tetangga, kolega, dan kerabat juga berdatangan. Siti mengatakan, keluarga sudah ikhlas melepas kepergian Tajudin. “Peristiwa ini kami terima dengan lapang hati. Saya harap ini yang terbaik buat adik saya. Alhamdulillah kita tegar semua,” ujarnya, dengan wajah sembab oleh tangis dan air mata. Di mata keluarga, kata Siti, pria kelahiran 1 September 1983 itu dikenal sebagai pribadi yang periang dan suka bergaul. Sedang para tetangga mengenalnya sebagai pemuda yang pendiam. Tidak neko-neko, meski bertugas menjadi Satpol PP, yang selama ini terkesan sangar. Untuk itu Siti mengaku keluarga sempat mendapat firasat sebelum kepergian Tajudin. Kakak Tajudin bermimpi bertemu keluarganya yang baru saja meninggal. “Oleh encangnya yang baru 40 harian (meninggal), di mimpi itu, encangnya bawa bendera kuning ke rumah ini. Eh rupanya kita dapat kabar ini,” kata Siti. Lalu bagaimana kondisi Tajudin saat meninggal? “Saya nggak tega. Kalau saya dapat informasi, dia jatuh di depan makam. Terus kelihatan warga, lalu dipukuli. Badannya juga ada sayatan- sayatan,” kata Siti. Anak ke-11 dari 13 bersaudara ini dimakamkan di pemakaman yang lokasinya dekat Masjid Jami’ Assurur, Kebon Jeruk, usai salat Dhuhur. Pemakaman ini diiringi isak tangis keluarga dan rekan sejawat. Jenazah Tajudin dimakamkan sekitar pukul 12.40 WIB setelah disalatkan di Masjid Assurur Kamis (15 /4) kemarin. Keluarga serta kerabat mengiringi kepergian Tajudin ke peristirahatan terakhir. Di antara kerabat dan rekan kerja, tampak juga Walikota Jakarta Barat Djoko Ramadhan. Usai pemakaman, Djoko menyampaikan duka cita bagi keluarga yang ditinggalkan. “Ahmad ini seorang anggota Satpol PP selama 5 tahun di wilayah Jakarta Barat,” katanya. Menurutnya, Ahmad memiliki loyalitas yang baik selama bekerja. “Atas nama pimpinan maupun pribadi dan mewakili institusi Pamong Praja, kami menyampaikan duka cita,” katanya.
SEMPAT MINTA MAAF.
Siapa yang menyangka bila Tajudin harus tewas bertempur dengan sesama warga negeri ini. Satu pihak menjalankan tugas negara, satu pihak lain mempertahankan haknya. Maka bentrok pun berujung maut. Kawan korban, Ahmad Alhapsi (27) , juga mengenang Tajudin. Dia menceritakan, sebenarnya Ahmad Tajudin tak ikhlas diberi tugas menggusur lahan makam keramat itu. “Sebelum kejadian korban SMS meminta maaf kepada teman-temannya bahwa dia akan menggusur bangunan keramat di Tanjung Priok,” katanya. SMS itu dikirim malam sebelum musibah. Tajudin juga minta kepada semua umat muslim. “Mohon maaf karena ane hanya menjalankan tugas untuk membongkar Majelis Habib Hasan al Hadad Priok dan makamnya tidak akan dibongkar,” kata Ahmad membacakan SMS Tajudin. Ahmad lalu membalas: “Mendingan ente ga usah ikut saja karena Satpol PP bukan ente doang.” Lalu, kata Ahmad, Tajudin membalas, “Ane juga ngeri tapi mohon doanya. Ane jalanin tugas aja, Satpol PP utara minta bantuan.” Sekitar pukul 19.00 WIB malam saat bentrok terjadi di makam Mbah Priok, sambungnya, Tajudin kembali mengirim pesan singkat pada Ahmad berisi, “Ane dah mulai terang sebagai lapis ketiga. Doanya Bib.” Tapi, Ahmad sempat was-was saat melewati rumah Tajudin sekitar pukul 21.00 malam karena penuh orang. “Ternyata Tajudin sudah meninggal,” katanya. Dia hanya bisa mengenang kawan karibnya sebagai orang yang saleh, rajin mengaji, dan ziarah ke makam wali-wali, termasuk makam Mbah Priok. “Dalam hati sebenarnya dia tidak mau tapi demi profesional kerja akhirnya dilakukan. Apalagi dia punya ikatan dengan makam Mbah Priok. Dia sering berziarah dan berkunjung ke makam itu,” katanya. Ahmad Tajudin sempat berkuliah di STIE Kasih Bangsa sampai semester 9 , lalu pindah ke kampus Bakti Pembangunan. Korban dikenal hobi main bola. Dia juga sering mengikuti pengajian, juga aktif di majelis taklim dan beribadah malam. Sementara itu Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo saat takziyah di rumah duka sempat masuk ke dalam rumah sederhana milik keluarga Ahmad. Dia kemudian mengucapkan belasungkawa kepada keluarga Ahmad. Ini adalah penampilan Foke di tempat umum yang pertama pasca-rusuh Priok. Pada Rabu lalu dia tidak terlihat karena mengurus ayahnya yang meninggal dunia. Kepada wartawan di lokasi, Foke menyatakan keprihatinannya. “ Saya berharap seluruh komponen bangsa bisa merenungkan kejadian ini, kita tidak mungkin menyelesaikan masalah ini jika tidak ada niatan baik. Saya ingin menyampaikan prihatin dan belasungkawa atas peristiwa yang kemarin terjadi,” tuturnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar