30.4.10

Seminar Waria diserang FPI, Waria Pulang Kampung


Kegeraman disusul isak tangis pecah dari wajah Luki, waria perwakilan dari Provinsi Bali. Dengan mata yang berkaca-kaca dan suara agak tertahan, waria berparas cantik dan berkulit putih itu pun melanjutkan pengalaman pahit dirinya dan teman-temannya ketika Jumat (30/4) pukul 10.30 WIB diserang Front Pembela Islam (FPI) di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Jawa Barat.

"Mereka mengutarakan kata-kata kasar, apa kami ini sampah masyarakat. Kami juga punya keluarga yang kami kasih makan, kami sekolahkan adik-adik kami sampai kuliah. Mereka harusnya mikir kalau ngomong, kami juga manusia punya hati nurani," ujar Luki di Komnas HAM, Jakarta, Jumat (30/4).

Bersama dengan puluhan temannya, Luki diamankan di Komnas HAM. Mereka mengaku menjadi korban penyerangan FPI ketika sedang menggelar acara pelatihan soal Hak Asasi Manusia. Acara tersebut merupakan acara yang diselenggarakan Komnas HAM bersama dengan sebuah LSM sosial, Arus Pelangi untuk perwakilan para waria di seluruh Indonesia.

Diceritakan Ketua Forum Komunikasi Waria DKI Jakarta, Nancy Iskandar, penyerangan terjadi sekitar pukul 10.30 WIB sehabis istirahat bagian pertama. Para waria yang semula beristirahat di luar ruangan mendadak digiring kembali masuk ke dalam ruangan karena mencium gelagat yang mencurigakan.

"Tiba-tiba pintu di dobrak, mereka masuk ke dalam sambil meneriakkan takbir, namun dengan kata-kata yang menusuk perasaan. Mengatasnamakan Tuhan tapi berperilaku sebaliknya seperti bukan manusia. Mereka berteriak kepada kami, orang yang bejat moral jangan mengotori kota Depok, dengan binatang seperti ini," ujar Nancy.

Nancy menyebut massa berjumlah sekitar 20 orang. Namun dia tidak melihat apakah massa membawa senjata karena kejadian begitu cepat dan dirinya bersama dengan para peserta lainnya sibuk menyelamatkan diri dari serangan.

Hal itu pun dibenarkan Seruni Mahendra, peserta pelatihan yang merupakan perwakilan waria dari DKI Jakarta. "Kursi, meja, piring dan gelas yang di atas meja berjatuhan, kita yang ada di ruangan berusaha melarikan diri. Kita tidak tahu mereka bawa benda apa karena saking banyaknya dan cepat kejadian. Saya terkena lemparan gelas, ini tangan saya luka (memperlihatkan lengannya)," urainya.

Selain dirinya, lanjut Seruni, salah satu nara sumber pun terkena tamparan di muka karena berusaha membela dan menjelaskan maksud acara. Dia menambahkan, tidak ada sedikit pun perlawanan yang mereka lakukan selain hanya berusaha untuk menyelamatkan diri. "Pintu ruangan yang terbuka hanya satu, kami harus dorong-dorongan untuk berusaha keluar," lirihnya.

Nancy menambahkan, selain Seruni, ada beberapa waria yang mengalami keseleo akibat dorong-dorongan untuk menyelamatkan diri. Akibat peristiwa itu pun, acara yang diikuti sekitar 26 perwakilan waria dari 24 provinsi yang seharusnya masih dilanjutkan sampai Sabtu (1/5) terpaksa dibatalkan. "Setelah ini kamu akan pulang ke daerah

masing-masing," ujar Nadine, Perwakilan Waria dari Kalimantan Timur.

Panitia penyelanggara acara, Dodo mengaku dirinya sendiri saat kejadian tidak berada di lokasi sehingga tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya. Namun dirinya sempat mencurigai karena di lokasi sedari acara belum dimulai sudah banyak dijaga polisi. Namun ketika kejadian terjadi, tidak ada satupun polisi yang melakukan pengamanan.

"Seharusnya begitu melihat ada orang melakukan pengrusakkan fasilitas umum, Polisi sudah berwenang untuk menangkap orang itu," geram Dodo. [sumber : INILAH.COM]

0 komentar:

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!