13.5.10

Kebesaran Musik Keroncong dimata Singgih


MUSIK keroncong, di dalam benak Singgih Sanjaya, bukan jenis musik yang kuno, monoton, dan tak bisa dieksplorasi. ”Keroncong itu luwes, tergantung bagaimana kita menyikapi dan mengekspresikannya,” tutur dosen pada Jurusan Musik ISI Yogyakarta itu.
Dengan wawasan yang luas dan terbuka, Singgih bahkan telah mengembangkan keroncong sedemikian rupa sehingga bisa ditampilkan dalam bentuk orkestra. ”Hanya dengan cara-cara seperti itu keroncong akan diterima lebih banyak kalangan sehingga pada saatnya akan menempati tempat terhormat,” harapnya kemudian.
Memiliki naluri bermusik sejak kecil, Singgih kali pertama belajar meniup flute kepada Soenarno, di Solo, pada 1977. Bermain musik, menyusun aransemen, dan menciptakan komposisi pun sudah menjadi minatnya sejak belajar di Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta tahun 1979.
Pria kelahiran Surakarta, 7 September 1962 , itu berkecimpung dalam dunia keroncong mulai tahun 1977 , tergabung dalam Orkes Keroncong (OK) Sederhana asuhan Waljinah. Setelah itu, tergabung pada beberapa orkes keroncong di Yogya, seperti OK Ars 81 pimpinan Moordiana, OK RKSW (Swastibroto), OK Prisma (Mustar), OK Surya Mataram (Sri Hartati), OK Suara Remaja (Singgih Sanjaya) , hingga mendirikan dan memimpin Ansambel Keroncong ISI Yogyakarta (1992) , Keroncong Eksperimental (1998) , Light Keroncong Orchestra (2004).
Tak heran bila pengalamannya sebagai flutis dalam orkestra pun telah lebih dari 15 tahun. Singgih pun memiliki pengalaman sebagai saxophonist dalam Bigband, Jakjazz Festival bersama Yazeed Jamin, Singgih Sanjaya Orchestra, dan menjadi solist University of Hawaii Bigband ketika menempuh sandwich program di Hawaii, Amerika Serikat, pada 1999.
Lebih dari 150 aransemen dan beberapa komposisi ciptaannya telah dimainkan oleh hampir seluruh orkestra yang ada di Indonesia, seperti ISI Yogyakarta Orchestra, Nusantara Symphony Orchestra, Twilite Orchestra, Orkes Simfoni Jakarta, Jakarta Chamber Orchestra, Amadeus Ansambel, Singgih Sanjaya Orchestra, Marching Band UGM, dan lain-lain. Beberapa karya juga dimainkan oleh orchestra luar negeri, yaitu Symphonie Vienna, The Bluescope Still Youth Orchestra (Wollongong- Australia), The Wind Ensemble of Malaysian Philharmonic Orchestra, Itlian Symphony Orchestra, National University of Singapore, Singapore Wind Ensemble, dan masih banyak lagi.
Beberapa karya, antara lain aransemen ’Bagimu Negeri’ ciptaan Kusbini yang menjadi lagu penutup siaran berita RRI yang kita dengar setiap hari, aransemen ’Tanah Airku’ ciptaan Ibu Sud yang menjadi lagu penutup siaran Trans TV, komposisi ’Kidung Mahardhika’ yang dimainkan solo piano oleh Ananda Soekarlan dan Twilite Orchestra, dan ’Nyanyian Negriku’ telah dimainkan oleh Orkes Simfoni ISI Yogyakarta, Twilite Orchestra, Orkes Simfoni Sekolah Menengah Musik Yogyakarta, Orkestra Gita Bahana Nusantara dalam Festival Budaya Internasional di Changchun, Cina, dan dalam versi harpa solo telah dimainkan oleh Symphonie Vienna, Januari 2009. Nyanyian Negeriku dalam versi choir, violin, piano, dan musik etnis, telah dibawakan oleh Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UGM hingga mendapat penghargaan ’Gold Medal = Diploma’ dalam gelaran Asian Choir Games. Juli 2009 , Nyanyian Negeriku, Yamko Rambe Yamko, dan beberapa karya lain pun telah direkam oleh salah satu orkestra di Beijing. Direncanakan akan direkam juga oleh Singapore Symphony Orchestra untuk proyek album CD.
Singgih yang kini tengah menempuh studi doktoral untuk Penciptaan Seni Pertunjukan di ISI Yogyakarta itu pun memiliki pengalaman menjadi juri berbagai lomba musik, pembicara di sejumlah seminar dan workshop, penata musik di berbagai gelaran, hingga menjadi kondukter untuk banyak orkestra.
Sampai sekarang, Singgih tercatat sebagai staf pengajar di Jurusan Musik Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta, selain sebagai professional arranger, conductor, dan composer. Ia pun telah banyak menerima berbagai penghargaan serta beasiswa di bidang musik.(wawasan)

0 komentar:

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!