1.3.11
Islam Nusantara, apa ya?
Posted By
Abdurrahman Haidar
On
Selasa, Maret 01, 2011
Itulah istilah yang diperbincangkan dalam seminar bertema NKRI, Aswaja , dan Masa Depan Islam Nusantara yang digelar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur di Surabaya, Selasa ( 22 /2 /2011 ) .
Dalam seminar untuk memperingati Hari Lahir ke-88 NU itu, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur ( PWNU Jatim ) " membedah " Islam Nusantara melalui sejumlah pembicara dari kalangan politisi, tokoh agama, dan kalangan akademisi. Politisi yang diundang adalah Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie serta parpol lain sebagai peserta aktif . Dari kalangan tokoh agama, ada Habib Rizieq ( Ketua Umum Front Pembela Islam) , Ustaz Ja`far Umar Thalib ( mantan Panglima Laskar Jihad) , dan KH Said Aqiel Siradj ( Ketua Umum PBNU ).
Sementara itu, dari kalangan akademisi antara lain ada Prof Yudi Latief ( Universitas Paramadina , Jakarta) , Prof Ali Haidar ( peneliti NU dari Unesa Surabaya) , dan akademisi lain sebagai peserta aktif. Agaknya, istilah "Islam Nusantara " yang dilontarkan NU itu tidak terlepas dari fenomena ideologis dengan hadirnya kelompok "baru" Islam di Jatim , seperti Hizbut Tahrir Indonesia ( HTI ) , FPI , Ikatan Ahlil Bait Indonesia ( Ijabi) , dan Ahmadiyah.
Dalam pengantar seminar , Rais Syuriah PBNU KH Hasyim Muzadi selaku pembicara utama menegaskan bahwa tiga sumbangan besar NU yang telah diakui dunia adalah menata hubungan negara dan agama, mabadi khoiro umma ( umat yang berkarakter baik) , dan penguatan sipil. "NU membawa Islam dalam konsep seperti yang didakwahkan para Walisongo di kawasan Nusantara hingga konsep Islam ala NU itu kini dikenal dunia di seantero dunia, " kata Presiden Agama-agama Dunia itu .
Dalam menata hubungan negara dan agama, NU mementingkan agama dalam konteks nilai -nilai sehingga Indonesia bukan negara sekuler dan bukan negara agama, melainkan agama dan nilai-nilai agama pun berkembang dengan baik. "Bahkan , nilai-nilai agama itu akhirnya mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga agama tidak sekadar ritual , tetapi ada dalam kehidupan masyarakat sebagai Rahmatan Lil Alamin," katanya. Oleh karena itu, kata pengasuh Pesantren Mahasiswa Al Hikam di Malang dan Depok itu, para pemimpin Indonesia yang ingin mempertahankan NKRI hendaknya membesarkan NU dan pesantren.
Rahmatan Lil Alamin Pernyataan Hasyim Muzadi itu "diamini " Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie ( Ical ) dan Ketua Umum FPI Habib Rizieq . Bahkan , keduanya mengaku merasa aman dengan NU. "Saya merasa tenang dan nyaman berada di NU karena itu saya setuju dengan pernyataan Pak Hasyim Muzadi ( Islam Rahmatan Lil Alamin yang mengedepankan nilai-nilai ) , bahkan saya berharap NU berkembang di seluruh Indonesia seperti di Jatim ," kata Ical.
Di hadapan 500-an pengurus NU se- Jatim , mantan Menko Kesra itu mengaku gundah menyikapi kehidupan berbangsa yang penuh intrik dan fitnah serta kekerasan. "Intrik , fitnah, dan kekerasan membuat hidup kita tidak enak. Oleh karena itu, saya berharap NU menjadi penjaga bangsa , garda bangsa yang mengedepankan nilai-nilai agama, sehingga NU menjadi perekat kemajemukan, " katanya. Senada dengan itu, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menyatakan , NU merupakan "jangkar persatuan" dalam kemajemukan masyarakat Indonesia dalam suku, budaya, bahasa , dan sebagainya . "Kalau konsisten pada tradisi berpikir , NU akan menjadi pilar bagi eksistensi Indonesia sehingga kita akan maju dalam politik yang diarahkan pada dua hal , yakni kemajuan ekonomi dan karakter . Saya kira NU berperan besar dalam pendidikan karakter lewat pesantren, " katanya.
Hal itu juga diakui Ketua Umum FPI Habib Rizieq . "NU adalah 'rumah besar Aswaja' di dunia dan pimpinan NU adalah orangtua sendiri . Kami sangat mencintai NU karena NU itu rumah besar kami dan pimpinannya adalah orangtua kami, " katanya. Oleh karena itu, ia mengajak NU dan para ulama untuk menjaga Indonesia dari intervensi pihak luar yang memasukkan aliran sesat dan pikiran liberal. "Islam sampai sekarang tetap damai dan toleran. Istilah bahwa Islam radikal , kekerasan agama ( Islam) , teroris ( Islam ) , dan fundamentalis ( Islam) itu hanya diskriminasi yang sengaja menyudutkan Islam . Sebab, kalau pemberontak di Filipina selatan dan Thailand itu non -Islam atau Israel mengebom tidak disebut teroris, " katanya. Pandangan agak berbeda datang dari Prof Ali Haidar . "Islam politik tidak mungkin berkembang bagus di Indonesia seperti di Timur Tengah karena Islam berkembang di Indonesia melalui budaya sehingga Islam politik tidak mengakar di Indonesia, " tandasnya.
Namun, Guru Besar Universitas Paramadina Jakarta, Prof Yudi Latief, melihat NU memiliki keunggulan. "Islam secara politik di Indonesia memang kurang bernasib bagus , tetapi Islam secara kekuatan sipil cukup bagus . Buktinya , aturan tentang zakat , pernikahan , perbankan , dan sebagainya berkembang tanpa masalah ," katanya. Agaknya, Islam Nusantara yang dilontarkan NU adalah Islam yang pernah dikembangkan Walisongo, yakni bukan Islam politik seperti konsep "negara Islam", melainkan mengembangkan nilai-nilai Islam untuk mewujudkan "masyarakat Islam" sehingga tidak terjadi benturan budaya karena Islam justru menjadi Rahmatan Lil Alamin ( rahmat bagi seluruh alam) . Editor : Jodhi Yudono Sumber : ANT(kompas.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar