24.3.11

Seorang Anak,Ayah dan Burung Gagak



Pada suatu sore seorang ayah bersama anaknya yang baru saja menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman rumah sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka .
Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu menunjuk ke arah gagak sambil bertanya , “ Nak, apakah benda tersebut ?” “ Burung gagak ”, jawab si anak. Si ayah mengangguk -angguk, namun beberapa saat kemudian mengulangi lagi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit keras, “ Itu burung gagak ayah !” Tetapi sejenak kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama . Si anak merasa agak marah dengan pertanyaan yang sama dan diulang- ulang, lalu menjawab dengan lebih keras , “ BURUNG GAGAK !!” Si ayah terdiam seketika . Namun tidak lama kemudian sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sama sehingga membuatkan si anak kehilangan kesabaran dan menjawab dengan nada yang ogah-ogahan menjawab pertanyaan si ayah, “ Gagak ayah .. . . . . . ”.
Tetapi kembali mengejutkan si anak, beberapa saat kemudian si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanyakan pertanyaan yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar kehilangan kesabaran dan menjadi marah. “ Ayah!!! saya tidak mengerti ayah mengerti atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah menanyakan pertanyaan tersebut dan sayapun sudah memberikan jawabannya . Apakah yang ayah ingin saya katakan ???? Itu burung gagak , burung gagak ayah . . .. . ”, kata si anak dengan nada yang begitu marah . Si ayah kemudian bangkit menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang terheran-heran.
Sebentar kemudian si ayah keluar lagi dengan membawa sesuatu di tangannya . Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih marah dan bertanya -tanya . Ternyata benda tersebut sebuah diary lama. “ Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam buku diary itu ”, pinta si ayah. Si anak taat dan membaca bagian yang berikut:
. . . . . . . . . . “ Hari ini aku di halaman bersama anakku yang genap berumur lima tahun . Tiba -tiba seekor gagak hinggap di pohon . Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, “ Ayah, apakah itu?” . Dan aku menjawab , “Burung gagak ”. Walau bagaimana pun , anak ku terus bertanya pertanyaan yang sama dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sampai 25 kali anakku bertanya demikian , dan demi rasa cinta dan sayang aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap bahwa hal tersebut menjadi suatu pendidikan yang berharga. ”
Setelah selesai membaca bagian tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan bersuara , “ Hari ini ayah baru menanyakan kepadamu pertanyaan yang sama sebanyak lima kali , dan kau telah kehilangan kesabaran dan marah. ” ……………………

Hikmah : JAGALAH HATI KEDUA IBU DAN BAPAK , HORMATILAH MEREKA . SAYANGILAH MEREKA SEBAGAI MANA MEREKA MENYAYANGIMU DIWAKTU KECIL ============================================
Sumber artikel, dari buku : Sudarmono, Dr. ( 2010 ) . Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi. Yogyakarta : Idea Press . Volume 2 . Hal . 384 -385 . ISBN 978 -6028 -686 -938 .

0 komentar:

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!