1.12.11

Humor ala Kiai


Gus Dur, Doi Besar

Suatu kesempatan, Gus Dur bercerita.

“Saya diundang ceramah untuk acara halal bi halal di sebuah universitas terkenal di Jakarta,” Gus Dur mulai bercerita.

“Saya datang ke lokasi terlambat, karena macet,” lanjut Gus Dur.

“Pas saya datang, sang rektor universitas sedang sambutan. Di tengah sambutan, sang rektor memberi ucapan selamat datang pada saya.”

“Hadirin, Bapak-bapak, Ibu-ibu, Mahasiswa-mahasiswi, dan para tamu undangan semuanya, mari kita sambut kedatangan KH Abdurhman Wahid atau Gus Dur, Sang Doi Besar dari Nahdlatul Ulama, dengan berdiri,” cerita Gus Dur menirukan sang rektor.

Ketika sang rektor dan Gus Dur duduk berdampingan di kursi depan, sang rektor bertanya:

“Pak Gus Dur,tadi kok ketika saya sambut, Anda tersenyum-senyum sendiri?” tanya rektor penasaran.

“Hehehe.. Pak Rektor, yang benar itu dai, bukan doi,” jawab Gus Dur sambil senyum-senyum.

“Oooh.. Maaf Pak Gus Dur, saya lupa,” kata sang rektor tersipu-sipu.

“Ah, ndak apa-apa, Pak. Kan doi dan dai sama-sama pujaan hati?” kata Gus Dur. Keduanya lalu tertawa terbahak-bahak. (Hamzah Sahal)



Gus Dur, Kiai Unta

Dalam sebuah ceramah, KH A Musthofa Bisri atau yang lebih masyhur dengan panggilan Gus Mus, bercerita tentang jenis-jenis kiai. “Jangan kaget, kalau Sampean menyaksikan kiai diam saja di rumah. Kalau jalan, paling jauh ngubengi pesantrennya, atau ke masjid saja,” Gus Mus mulai bercerita. “Ndak mau kiai ini dia nyambangi masyarakat. Jangankan masyarakat, rapat NU saja wegah. Pokoknya, kiai ini geleme diparani, ndak mau marani,” lanjut Gus Mus. “Saya baru tahu, rupanya kiai jenis itu ada filosofinya,” kata Gus Mus datar. “Apa filosofinya, Gus?” tanya jama’ah. “Yaaa..itu .. niru Ka’bah . Ka’bah kan maunya diparani. Ka’bah tidak akan jalan-jalan nyambangi Madinah, Palestina, gedung NU, apalagi Borobudur,” jelas Gus Mus disambut tawa. Gus Mus belum berhenti cerita. Kali ini ia mendefinisikan Kiai Unta. “Kiai Unta, jenis kiai yang bersedia jalan jauh di guruan pasar, tahan lapar, mau membawa beban berat dan menghantarkan hinga tujuan. Kiai ini tak lelah dan tak bosan silaturahim ke semua lapisan masyarakat, ke kiai-kiai,” terang Gus Mus dengan serius. “Siapa yang kaya unta, Gus?” tanya jama'ah lagi. “Yaaa.. Mungkin hanya Gus Dur. Wong kita ini males silaturahim kok,” jawab Gus Mus. (Hamzah Sahal)


Gus Dur Mau Daur Ulang

Nusron Wahid sering sowan Gus Dur. Tapi tak jarang Gus Dur tidak mau menerima Nusron. Alasannya macam-macam, Gus Dur pandai membuat alasan. Suatu hari, Nusron datang ke ruang kerja Gus Dur di PBNU. “Salam, Gus. Saya Nusron Wahid, ketua PMII,” kata Nusron dengan takdim. “Mau apa Sampean? Keluar saja sana. Sampah Sampean,” bentak Gus Dur pada Nusron. Keluarlah Nusron dari ruangan Gus Dur dengan lesu. Tapi, keesokan harinya, Nusron datang lagi. “Salam, Gus. Kulo Nusron Wahid, ketua PMII,” kata Nusron, lebih takdim dari sebelumnya. “Mau apalagi Sampean? Kok ndak kapok-kapok? Dasar sampah! Pergi sana!” Gus Dur membentak lebih keras lagi. Kali ini Nusron tidak pergi, tapi malah menjawab bentakan Gus Dur dengan penuh tawadlu: “Njih Gus, kulo memang sampah, Gus. Tapi sampah kan bisa didaur ulang, Gus?” Gus Dur merespon jawaban Nusron, “Oh gitu ya, bener juga Sampean. Sampah memang bisa didaur ulang. Ya sudah, silakan duduk. Ada apa? ( Hamzah Sahal )

Perempuan dan Sidang Isbat

Habib Umar Muthohar, Syuriyah PCNU Kota Semarang dalam sebuah taushiyahnya memberikan guyonan segar kepada hadirin perihal sidang Isbat, penetapan 1 Syawal 1432 H lalu. Diuraikannya, pada Idul Fitri tersebut dua organisasi terbesar di Indonesia berbeda dalam menetapkan 1 Idul Fitri. Ormas Muhammadiyyah menetapkan 1 Syawal jatuh pada 30 Agustus 2011 yang oleh Habib dikatakan sebagai hari raya swasta. Sedangkan NU yang bareng dengan keputusan Kementerian Agama RI seloroh Habib Umar sebagai hari raya negeri. Dari perbedaan Isbat tersebut menurut Habib dikarenakan karena peserta sidang yang ikut mayoritas adalah kaum laki-laki. Makanya, Habib Umar mengusulkan untuk tahun depan sidang Isbat seyogyanya diikuti oleh mayoritas kaum perempuan. Karena menurut penuturan beliau perempuan lah yang tahu persis kapan akan datang bulan. (Syaiful Mustaqim)

Jangan Jadi Setan

“Tahukah Nyonya Fadhilah Surat Yasin?” tanya Ajengan.

“Apaan, itu?”

“Menurut hadis Bukhari, Ibnu Umar mengatakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda, ‘Barangsiapa membaca Surat Yasin di waktu malam, segeralah ia diampuni dosanya’.”

“Soalnya suami saya main ceki tiap malam.”

“Menurut Ma’kal bin Yasir, Nabi Muhammad bersabda, ‘Surat Yasin itu hatinya Al-Quran. Barangsiapa membacanya akan diampuni di akhirat.’ Bacalah Surat Yasin itu buat orang mati.”

“Baca Surat Yasin? Melihat pun belum pernah, sungguh mati.”

“Masya Allah, Nyonya. Masya Allah!”

“Pokoknya tolonglah saya, Aki Ajengan, bagaimana saja. Perkara lainnya bisa diatur, yang penting suami saya jangan jadi setan.” (Ahmad Makki dari Mahbub Djunaidi)


Tawaf di Bundaran

Seorang tuna netra baru saja turun bus dan akan menuju lokasi pengajian Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni). Kebetulan untuk menuju Tempat Kegiatan Pengajian (TKP) harus melewati sebuah bundaran.

Bundaran itu menuju empat tempat. Satu arah menuju ke pengajian dan tiga arah lain ke arah yang berbeda.

Tidak seperti biasanya, pagi itu ia marasakan ada hal yang ganjil. Karena selepas turun bus belum ada seorang pun menuntunnya dan menunjukkan jalan.

Akhirnya ia berjalan sendiri dengan kemantapan walaupun sampai di tempat pengajian telat untuk beberapa saat.

Guru ngaji yang sedari tadi sudah memulai pengajian lantas bertanya.

“Lho kang kok telat berangkatnya, biasanya datang kesini lebih awal?” ustadz bertanya akan keterlambatannya.

Dengan tanpa basi-basi ia langsung bersoloroh,”maaf Pak saya telat. Karena tadi saat di Bundaran tidak ada yang menunjukkan jalan menuju sini jadi ya saya mengelilingi bundaran sampai empat kali putaran.

Makanya saya telat sampai sini.” Jawaban itu disambut gelak tawa guru dan sesama tuna netra. (Syaiful Mustaqim)



Kopi Luak untuk Raja Arab

Sudah lama raja Arab mendengar kabar, bahwasanya tanah Jawa sangat subur, gemah ripah loh jinawi. Kabar yang terdengar dari negeri Timur itu, apa saja bisa tumbuh di belantara Jawa.

Lantas suatu ketika sang raja memutuskan diri untuk datang ke Jawa. Akhirnya raja beserta rombongan di terima oleh para kiai Jombang.

Di Jombang, raja dijamu oleh para kiai dengan suguhan ketela rebus dan kopi luwak yang sudah terkenal kelezatannya. Meski hidangan itu terbilang sangat sederhana, oleh raja menu itu sudah dibilang sangat luar biasa.

Raja sangat menyanjung-nyanjung makanan serta minuman itu karena di negaranya belum pernah ada. Raja memujinya dengan super lezat.

Tiba-tiba raja penasaran dan bertanya kepada kiai, “Ma hadza ya Ustadz? Ini apa, wahai, Ustad?"

“Hadzihi qahwah takhruju min sillitil luwak, ya Syaikh. Ini kopi yan keluar dari dubur Luwak, ya Syekh,” jawab kiai


Telepon dari Kubur

Seorang hamba yang telah diberi kekayaan oleh Allah SWT menjadi lupa diri ketika kekayaannya semakin bertambah. Jangankan bersyukur..malah ia bertepuk dada bahwa apa yang didapatnya adalah hasil keringat sendiri.

Ia menjadi pria yang sombong dan selalu menjauh dari orang-orang miskin. Ketika isterinya meninggal dunia..ia tidak merasa kehilangan. Dengan sombongnya dia lalu membeli sebuah HP lengkap dengan nomor dan pulsa..lalu diam-diam dimasukkan ke dalam kain kafan isterinya sebelum dimakamkan.

Di hari ketiga ia mencoba menelepon isterinya..pingin tahu kabar isterinya dari dalam kubur. Telepon pertama tidak diangkat..begitu pula telepon kedua. Dalam hatinya ia berkata..”Kurang ajar..kok telepon ku tidak dijawabnya..mungkin sudah ada selingkuhannya “…

Tapi begitu ia mencoba untuk ketiga kalinya..tiba-tiba dari dalam kubur ada suara yang menjawab….” Mohon maaf..orang yang anda tuju sedang diperiksa “…….

Mendengar jawaban itu ia malah marah-marah, sambil ngomel…siapa yang berani periksa isteriku..hutangnya juga nggak punya…gumamnya.

Lalu keesokan harinya ia mencoba menelepon isterinya….nah pada kontak yang ketiga..terdengar jawaban yang mengagetkan dia……”tunggu giliran kamu “….kontan saja si kaya itu lari tunggang langgang, mendengar jawaban diteleponnya..dan akhir nya ia mati ditabrak kendaraan di jalan raya….

Penulis: Ahmad Zuhri


(Sumber:www.nu.or.id)

0 komentar:

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!