Mempertahankan Faham Islam Moderat; Antara Ekstrimisme Dan Apatisme, Antara Sikap Berlebihan Dan Sikap Tidak Peduli
Upaya Pengobatan
Sesungguhnya penyakit-penyakit ini mengakibatkan malapetaka yang sangat besar. Untuk mengobati penyakit ini membutuhkan kepada berbagai kepedulian dari berbagai lapisan masyarakat. Setiap orang dari kita secara individual, atau dalam komunitas-komunitas sosial tertentu, atau dalam masalah politik, dan lain sebagainya semua ini membutuhkan kepada pemahaman agama yang komprehensif. Adalah pemahaman yang didasarkan di atas faham-faham agama yang moderat. Dengan demikian orang-orang yang duduk di kalangan pemerintahan mengetahui dengan pasti atas segala kewajiban dan hak-hak agama yang harus mereka tunaikan. Demikian pula semua rakyat yang berada di bawah pemerintahan tersebut mengetahui dengan pasti atas segala keawajiban dan hak-hak agama yang harus mereka penuhi. Sebenarnya faham inilah dasar dari bangunan ajaran agama Islam, dari masa lampau hingga masa sekarang, dan tidak pernah ada faham ekstrim apapun yang datang dengan membawa nama agama Islam.
Dengan demikian jalan terpenting satu-satunya adalah kembali memegang teguh sendi-sendi ajaran Islam dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya faham-faham yang menyelaweng, baik pada ajaran-ajaran yang terkait secara personal maupun yang terkait secara sosial dan negara. Dan dengan ini maka seluruh komponen masyarakat maupun pemerintahan dengan segala unsurnya akan benar-benar mengenal dan mengamalkan segala tuntutan syari’at dan dapat menghindari sikap ekstrim dan berlebih-lebihan sekaligus menghindari sikap apatis dan tidak peduli terhadap ajaran-ajaran agama itu sendiri, dapat membedakan perbedaan antara sesuatu yang mengandung unsur kekufuran dan sesuatu yang berhukum haram, bisa membedakan antara sesuatu yang haram dengan susatu yang makruh, dan dapat memposisikan dengan benar antara sesuatu yang merupakan kewajiban individu dan kewajiban kolektif dengan perkara-perkara yang sunnah.
Benar, sesungguhnya segala harta maka pribadi kita yang menjaganya, namun ilmu, sebaliknya, ia yang akan menjaga diri kita dari kemungkinan kesesatan. Dan sesungguhnya hanya ilmu agama yang benarlah yang betul-betul akan menjadikan kita sebagai orang-orang yang berprilaku moderat, jauh dari berbagai macam sikap ekstrim. Dalam pada ini Rasulullah telah bersabda: “Wahai sekalian manusia belajarlah kalian akan ilmu agama, dan sesungguhnya ilmu agama hanya diraih dengan belajar kepada para ahlinya, demikian pula pemahaman terhadap agama hanya dapat diraih bengan belajar kepada ahlinya”. HR. al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir.
Sikap Moderat, Para Pelaku Dan Hasilnya
Sikap moderat adalah berpegang teguh dengan segala tuntutan ajaran syari’at Islam sesuai yang digariskan oleh Allah, baik dalam tataran personal, sosial dan kenegaraan.
Para pelaku sikap moderat ini tidak lain adalah kelompok yang selamat (al-Firqah al-Najiah) yang telah disebutkan oleh Rasulullah dalam hadits riwayat al-Tirmidzi: “Kelak akan terpecah umatku kepada 73 golongan, semuanya berada di dalam neraka, kecuali satu golongan, yaitu kelompok di mana aku dan sahabatku berada di atasnya”.
Tentang kelompok ini imam Abu Ja’far al-Thahawi berkata: “Kita berpendapat bahwa kelompok terbesar (al-Jama’ah) adalah di atas jalan hak dan kebenaran, sementara perpecahan adalah kesesatan dan menyebabkan siksaan. Kita berharap semoga Allah selalu menetapkan kita di atas keimanan dan menutup umur kita dalam keimanan ini, dan semoga Allah memelihara kita dari faham-faham sesat, pendapat-pendapat ekstrim, dan madzhab-madzhab yang menghancurkan, seperti keyakinan kaum Musyabbihah, Mu’tazilah, Jabriyyah, Qadariyyah dan kelompok lainnya dari kelompok-kelompok sesat yang menyalahi Ahlussunnah Wal Jama’ah. Kita semua terbebas dari kelompok-kelompok tersebut, dan mereka semua menurut kita adalah kelompok sesat, dan hanya Allah Maha Pemberi taufiq yang memberikan keselamatan”.
Dalam pada ini Allah berfirman:
وَلاَ تَكُونُوا كَالّذيْنَ تَفَرّقُوْا وَاخْتلَفُوْا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُم البَيّنَات أولئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظيْمٌ (ءال عمران: 105)
“Janganlah kalian seperti mereka yang telah berpecah belah dan telah berselisih setelah datang kepada mereka akan penjelasan-penjelasan, mereka adalah kaum yang mendapatkan siksa yang sangat besar”. (QS. Ali Imran: 105)
Dalam ayat lain Allah berfirman:
فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَآءً وَأَمَّا مَايَنفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي اْلأَرْضِ (الرعد: 17)
“Maka adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak berharga, adapun yang memberi manfaat kepada manusia maka ia akan tetap di bumi” (ar Ra’d: 17)
Adapun hasil dari sikap moderat ini adalah akan terhasilkankannya keamanan dalam berbagai sendi kehidupan; aman dan makmur dalam bernegara, menghasilkan kekuatan dan kemuliaan, kemajuan dalam pembangan jiwa dan raga, keserasian sosial dan ketentraman bagi seluruh orang Islam dalam kehidupan dan dalam beragama mereka, hingga menuai keselamatan kelah di akhirat nanti.
Sub judul terakhir inilah tujuan atau output yang kita harapkan dari sistem pengajaran dan materi pembelajaran dari seluruh pondok pesantren di Indonesia. Bila itu benar-benar tercapai maka kehidupan beragama di Indonesia akan seperti yang kita cita-citakan bersama; harmonis dengan citra yang sangat baik seperti kehidupan Islam di masa-masa lampau.
Wa Allah A’lam Bi ash Shawab. Wa al Hamdu Lillah Rabbil ‘Alamin.
- Materi seminar disampaikan oleh Ust. H. Kholil Abou Fateh, MA di Pesantren Salaf al Islami Girikesumo Semarang. Mohon diperbanyak makalah ini dan dibagikan kepada sesama saudara kita untuk sama-sama mengambil manfaat.
- Kunjungi www.allahadatanpatempat.blogspot.com, silahkan bergabung di group FB: Aqidah Ahlussunnah: Allah Ada Tanpa Tempat. Email: aboufaateh@yahoo.com.
[1] Lihat Abu Manshur al-Baghdadi, Kitab Ushul al-Din, h. 292
[2] Abu Manshur al-Baghdadi, Kitab Ushul al-Din, h. 335
[3] Lihat al-Habasyi, Izhhar al-‘Aqidah al-Sunniyyah, h. 42
[4] Lihat al-Nahr al-Madd Min al-Bahr al-Muhith, j. 1, h. 254
[5] Lihat Ibn Taimiyah, Minhaj al-Sunnah al-Nabawiyyah, j. 2, h. 203
[6] Lihat, Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, al-Durar al-Saniyyah Fi al-Radd ‘Ala al-Wahhabiyyah, h. 57
[7] Nashir ‘Athiyyah; salah seorang penulis dari Mesir, harian al-Nahar, h. 9, tanggal 2/7/1992
[8] Ahmad Kamal Abu al-Majd, Majalah al-‘Arabi, Kiwait, 1981
[9] Lihat Majalah al-Kifah al-‘Arabi, tanggal 15/2/1993
[10] Lihat Majalah al-Kifah al-’Arabi, tanggal 15/2/1993
[11] Nashir ‘Athiyyah, al-Nahar, h. 9, 2/7/1992
[12] ‘Abd al-‘Azhim Ramadlan, al-Ikhwan al-Muslimun Wa al-Tanzhim al-Sirri, Majalah Ruz al-Yusuf, Kuwait.
[13] Mahmud ‘Abd al-Halim, al-Ikhwan al-Muslimun Ahdats Shana’at al-Tarikh, j. 1, h. 190
[14] Sayyid Quthb, Fi Zhilal al-Qur’an, cet. Dar al-Syuruq, j. 1, h. 590
[15] Sayyid Quthb, Fi Zhilal al-Qur’an, j. 2, h. 1057
[16] Sayyid Quthb, Fi Zhilal al-Qur’an, j. 2, h. 972
[17] Sayyid Quthb, Fi Zhilal al-Qur’an, j. 3, h. 1257
[18] al-Habasyi, al-Nahj al-Sawiyy, h. 12
sumber : http://www.facebook.com/pages/AQIDAH-AHLUSSUNNAH-ALLAH-ADA-TANPA-TEMPAT/351534640896?sk=notes
0 komentar:
Posting Komentar