31.3.14
AL AZHAR SERUKAN KEMBALI KE ISLAM MODERAT
Posted By
Abdurrahman Haidar
On
Senin, Maret 31, 2014
Mosleminfo, Kairo —Dalam sambutannya pada
pembukaan konferensi internasional ke-23 yang
diselenggarakan oleh Majelis Tinggi Urusan Agama
Islam Mesir, Grand Shaikh Al Azhar Dr. Ahmad Tayib
menegaskan bahwa bangsa Arab sedang mengalami
penderitaan besar lantaran maraknya fatwa tanpa
ilmu dan sikap ektremisme dari mereka yang kita
anggap sudah meninggalkan pemikiran mereka yang
menyimpang pada tahun 90-an itu. Beliau juga
mengatakan bahwa bencana takfir (pengafiran) ada
di Afrika dan Asia, dimana terjadi banyak
pembunuhan dan kejahatan yang dilakukan atas
nama Islam dengan dalih jihad dan kafir. Hal itu
dieksploitasi oleh media Barat untuk menebarkan isu
bahwa Islam adalah agama penuh pertumpahan
darah.
Dalam sambutannya tersebut, Grand Shaikh juga
menjelaskan bahwa penyiksaan yang kejam pada
tahun 60-an terhadap aktivis Islam, menyebabkan
munculnya pemikiran takfir. Hal itu dapat dilihat dari
sejumlah buku yang jika ditulis dalam suasana
merdeka maka akan menjadi buku-buku yang lebih
menarik. Buku-buku itu menegaskan akan warisan
ekstremisme yang pernah ada dalam sejarah kaum
Khawarij.
Grand Shaikh mengatakan bahwa bencana
ektremisme dan pertumpahan darah bukan
merupakan hal yang baru dalam umat Islam. Akan
tetapi sudah ada sejak munculnya Khawarij, sebagai
golongan ekstrem pertama yang hanya
mempersoalkan hal-hal lahiriyah dan meninggalkan
hal-hal yang prinsip. Masyarakat kita tidak
mengenal kelompok takfiri yang mengafirkan
masyarakat pada tahun 70-an. Kelompok takfiri
tersebut lahir di dalam penjara lantaran siksaan berat
yang mereka terima. Sebagian mereka mendukung
penguasa dan sebagian yang lain mengafirkan
mereka lantaran dukungan terhadap pemerintah
yang kafir. Mereka menuntut agar keluar dari
kekufuran sebab mendukung pemimpin mereka.
Pada tahun 70-an mereka muncul sebagai antitesis
dari siksaan yang mereka alami. Pemikiran mereka
lahir di masa-masa krisis. Pemikiran takfiri mulai
muncul pada tahun 68 yang diprakarsai oleh
Jamaah Takfir wa Hijrah.
Grand Shaikh mengatakan bahwa al-Azhar
merupakan duta dunia sepanjang masa, tidak
membedakan antara ajaran satu dengan yang lain
untuk menghadapi kerusakan moral dan pemikiran
takfiri. “Kita tidak memiliki pilihan melainkan terus
berusaha dengan sebenar-benarnya untuk
menyatukan umat Islam guna melawan berbagai
bahaya yang dihadapi oleh umat Islam sesuai
kemaslahatan negara-negara Arab saat ini,” ungkap
Grand Shaikh, sebagaimana dikutip oleh harian
ahram.
Grand Shaikh menjelaskan bahwa persatuan umat,
tujuan syariat, dan memerangi pemikiran takfiri
adalah satu-satunya cara bagi al-Azhar untuk
menyatukan umat dan bersinergi dengan ulamanya
untuk melawan berbagai tantangan yang dihadapi.
Grand Shaikh menyerukan untuk menganut ajaran
Islam yang moderat sesuai seruan Al-Qur’an dan
Sunnah. Beliau menyitir salah satu ayat dalam Al-
Quran yang artinya: “Dan demikianlah kami
menjadikan kalian sebagai umat yang moderat
(pertengahan).”
Grand Shaikh menambahkan bahwa pemikiran takfir
dan dampak negatifnya seperti pertumpahan darah
bukan hal yang baru dalam masyarakat Islam. Kita
semua telah mempelajari tentang pemikiran Khawarij
dan berbagai penyimpangan mereka dalam persepsi
dan pemahaman salah mereka perihal hubungan
antara pengertian iman sebagai dasar dan perbuatan
sebagai cabangnya. Mereka hanya berpikir secara
tektual dan meninggalkan hal-hal lainnya.
Saat ini, pemikiran takfiri muncul kembali di tangan
para pemuda yang sama sekali tidak memiliki
pengetahuan tentang Islam melainkan hanya
sebatas namanya saja. Takfir adalah intrumen paling
cepat untuk mengungkapkan krisis yang mereka
alami. Segala vonis yang mereka keluarkan tidak
muncul dari pemikiran yang benar, namun lahir dari
sebuah tekanan dan paksaan.
Grand Shaikh juga menegaskan, bahwa perbedaan
antara akidah kaum takfiri dengan kelompok umat
lainnya, adalah hubungan amal perbuatan dengan
inti dan hakikat dari iman. Dalam perspektif
Ahlussunnah wal Jamaah dikatakan bahwa iman
adalah membenarkan Allah, para rasul, kitab-kitab,
dan para malaikat-Nya. Tidak boleh mengafirkan
seorang muslim selagi di hatinya ia meyakini hal itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar