30.5.10
Mati Syahid dan Pemahaman Impor ( ironi sebuah taklid buta )
Posted By
Abdurrahman Haidar
On
Minggu, Mei 30, 2010
Kesukaan meniru atau ‘mengimpor’ sesuatu dari luar negeri mungkin sudah menjadi bawaan setiap bangsa dari negeri berkembang,termasuk bangsa kita.Pokoknya asal datang dari luar negeri,seolah-olah semua yang pasti hebat.Tapi barangkali karena terlalu lama dijajah,bangsa kita rasanya memang keterlaluan bila meniru dari bangsa luar.
Sering hanya asal meniru; taklid buta, tanpa mempertimbangkan lebih jauh,termasuk kepatutannya dengan diri sendiri.Ingat,saat orang kita meniru mode pakaian misalnya,tidak peduli tubuh kerempeng atau gendut,pendek atau jangkung; semuanya memakai rok span atau celana cutbrai,meniru bintang atau artis luar negeri.
Pada waktu pak Harto dan orde barunya ingin membangun ekonomi,sepertinya juga asal meniru negara maju;tanpa melihat jatidiri bangsa ini sendiri yang pancasilais (Padahal waktu itu ada yang namanya Pedoman penghayatan dan pengamalan pancassila-P4).Maka, meski tanpa label kapital,selama lebih 30 tahun negeri kita seperti negeri kapitalis dan akibatnya,bangsa kita pun bahkan sampai sekarang sulit untuk tidak disebut bangsa yang materialistis.
Nah,ketika ada trend baru dari luar negeri yang berkaitan dengan keagamaan pun banyak diantara kita yang taklid buta. Kalau taklid soal mode,madzhabnya Amerika dan Eropa; soal tari dan nyanyi banyak yang berkiblat ke India,maka dalam tren keagamaan ini, agaknya banyak yang bertaklid kepada madzhab Timur Tengah,Iran,atau Afghanistan.
Seperti pentaklidan trend baru dari luar negeri yang selalu dimulai dari kota dan baru kemudian menjalar ke desa-desa,demikian pula tren yang berkaitan dengan keagamaan ini.
Seperti takjubnya orang kota terhadap trend mode dari luar negeri - atau takjubnya orang desa terhadap trend mode dari kota - dan langsung mengikutinya,orang-orang Islam kota atau mereka yang punya persinggungan dengan luar negeri, agaknya juga banyak yang demikian.
Mereka melihat dan takjub melihat keberagamaan yang mereka lihat di luar negeri,yang sama sekali lain dengan yang selama ini dianut orang-orang tua mereka disini. Maka,seperti halnya orang-orang yang mengikuti mode baru dari luar negeri, mereka ini pun bangga dengan model keberagamaan baru mereka.Termasuk kecenderungan merendahkan orang yang tidak mengikuti ‘trend baru’ mereka itu.
Karena taklid buta, karena asal meniru tanpa mempertimbangkan lebih jauh,sering kali lucu dan sekaligus memprihatinkan. Ambil contoh misalnya soal jihad. Ada beberapa orang yang hanya melihat perjuangan bangsa Palestina dan Afghanistan,misalnya, yang berjihad -seperti kita dulu ketika melawan kolonialis Belanda- dengan segala cara;termasuk mengorbankan nyawa sendiri. Lalu "para peniru mode ini ikut-ikutan melawan musuhnya Palestina dan Afghanistan di sini dengan cara yang sama.
Mereka lupa bahwa jihad seperti yang dilakukan dan diajarkan Rasulullah SAW ada aturan dan etikanya.Orang Palestina yang melakukan bom bunuh diri untuk melawan kolonialis Israel,bila terbunuh bisa disebut syahid. Dalam hadits riwayat imam Ahmad dari Sa’ied Ibn Zaid, disebutkan bahwa orang yang terbunuh membela haknya atau keluarganya atau agamanya,adalah syahid.Orang yang mati syahid seperti disebutkan dalam beberapa hadits, berhak mendapatkan enam anugerah:
1. Diampuni dosanya sejak tetes darahnya yang pertama.
2. Bisa melihat tempatnya di sorga.
3. Dihiasi dengan perhiasan iman.
4. Dikawinkan dengan bidadari.
5. Dijauhkan dari siksa kubur.
6. Aman dari kengerian Yaumil Faza’il akbar.
Tapi orang yang melakukan bom bunuh diri di Indonsia yang tidak dalam sedang berperang melawan siapa-siapa dan mayoritas penduduknya beragama Islam,jelas namanya bunuh diri yang dilarang oleh Allah SWT,apalagi ditambah dengan tindakan kriminalitas luar biasa yakni membuat kerusakan.
Banyak sekali ayat Al-Quran yang menunjukkan dilarangnya berbuat kerusakan di muka bumi.Dalam perang melawan orang-orang kafir sekali pun,ada batasan-batasannya; misalnya tidak boleh membunuh perempuan dan anak-anak,merusak lingkungan,dsb.
Allah berfirman: “Walaa taqtuluu anfusakum..” (Q. 4. An-Nisaa: 29). “ Dan janganlah kamu membunuh dirimu..” Menurut para mufassir,larangan membunuh diri ini termasuk juga membunuh orang lain;karena membunuh orang lain termasuk membunuh diri sendiri,sebab umat merupakan satu kesatuan.
Larangan ini sangat jelas sekali.Orang yang membunuh dirinya sendiri dan sekaligus orang- orang lain yang tidak berdosa,jelas sangat jauh untuk dapat disebut syahid !.
Sungguh keterlaluan mereka yang mencekokkan doktrin yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW.Apalagi hanya karena taklid buta terhadap trend dari luar negeri.Dan sungguh naïf mereka yang mengaku umat Muhammad dengan mudahnya terpikat oleh iming-iming bidadari,hingga mengabaikan akal sehat dan tega menghancurkan nilai agung kemanusiaan yang ditegakkan Rasulullah SAW.
KH A Musthofa Bisri (http://gusmus.net)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar