17.5.10

Menghindari Ketegangan Spirit dan Materi


Dalam masyarakat modern yang menjadikan materi sebagai nilai dan tujuan tertinggi, maka dengan sendirinya nilai-nilai spiritualitas atau rohani cenderung diabaikan. Padahal dalam kehidupan agama justeru mengatur keseimbangan antara dua dimensi kehidupan manusia itu. Intervensi modal adalah wujud dari pandangan hidup yang digerakkan oleh semangat materialisme, karena itu gerakan modal itu akan menerjang apa saja yang dianggap tidak memberikan keuntungan materi.

Problem yang dihadapi pembangunanisme hampir di seluruh kawasan dunia adalah penggusuran terhadap nilai-nilai rohani bangsa itu sendiri. Nilai-nilai itu tidak hanya berbentuk doktrin, adat dan budaya, melainkan juga nilai dalam bentuk berbagai artefak sejarah, yang itu merupakan sumber nilai dan sumber spirit kehidupan bagi masyarakat pemangkunya. Tempat bersejarah berupa gedung, monument termasuk makam keramat adalah sumber nilai dan sumber spirit kehidupan bagi suatu masyarakat.

Nilai-nilai penting bagi masyarakat ini todak dipahami atau bahkan diabaikan oleh pemilik modal sehingga penghancuran sumber-sumber kehidupan spiritual terus-menerus terancam oleh intervensi modal. Sebaliknya kelompok masyarakat terus-menerus mempertahankan kekayaan modrl dan spiritual yang dimiliki itu. Lahirnya lembaga-lembaga internasional yang berusaha melestarikan warisan peradaban itu juga tidak banyak memberikan pertolongan, sebab bagaimanapun lembaga internasional itu bagian penting dari kapitalisme untuk mempercepat intervensi modal mereka.

Kasus bentrokan jemaah penziarah dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) adalah wujud dari benturan roh dan materi yang ada di lapangan. Kelihatan sumber spirit bagi masyarakat Islam itu dianggap tidak penting oleh pemilik modal yang itu adalah kapitalisme multinasional. Tanah yang begitu luas di kawasan elit dan strategis di pelabuhan Priok itu dianggap dianggap telah disiasiakan, untuk itu mereka menggerakan aparat pemerintah untuk menggusurnya, dan pemerintah sebagai kepanjangan tangan pemilik modal menjalankan saja tanpa memperhatikan semangat yang berkembang di masyarakat.

Pemerintah dan pemilik modal baru kaget ketika para jamaah penziarah itu melakukan perlawanan gigih dengan peralatan seadanya, tetapi berhasil menghalau dan melucuti senjata Satpol PP dan sekaligus polisi yang mendukungnya. Dengan adanya perlawanan itu pemerintah baru tahu bahwa makam keramat dan situs bersejarah lainnya itu punya nilai penting bagi masyarakat. Bayangkan masyarakat Jakarta dengan kehidupan yang begitu keras dan kesibukan yang begitu padat, masyarakat perlu kembali mendekat kepada Sang Tuhan melalui dikir tafakur dan sebagainya. Selama ini makam keramat dianggap tempat yang paling mustajabah dan paling nyaman untuk itu.

Ketika kehidupan masyarakat tertekan di berbagai sisi, maka mereka mencari rileksasi, mencari pembebasan dengan cara bermeditasi di makam suci. Di situ pula mereka bisa berinteraksi dengan masyarakat secara setara dan terbuka. Hal itu penting, apalagi saat ini pemerintah tidak mampu menyediakan sarana pertemuan sosial, sehingga kehidupan menjadi sangat individualis. Kegiatan politik dan olahraga serta festival kebudayaan tidak bisa lagi dijadikan sebagai sarana integrasi sosial. Sebaliknya justeru makam itu bisa digunakan untuk sarana integrasi spiritual dan sekaligus dijadikan sarana reintegrasi sosial, sehingga masyarakat kembali rukun dan bergaul secara kekeluargaan. Tidak seperti di kantor atau di pabrik

Terlepas apakah tempat itu keramat atau tidak, tetapi terbukti bahwa Makam Mbah Priok telah mampu memberikan ketenangan, kesejukan serta kekhusukan bagi jamaah, sehingga mereka terus-menerus berziarah. Mestinya pemerintah dan aktivis sosial bangga bahwa di negeri ini masih ada sarana yang bisa digunakan untuk mengintegrasikan sosial, di saat sarana itu telah hampir tiada. Sebab kalau benar-benar tiada maka masyarakat akan menjadi liar, sehingga justeru aparat hukum dan keamanan yang akan kewalahan, sementara dengan mekanisme ziarah dan mekanisme silaturrahmi antar warga itu reintegrasi sosial di tengah sistem kapitalisme dan individualisme ini bisa terjaga sehingga bisa mengurangi terjadinya ketegangan sosial dan mengurangi kriminalitas.

Fungsi rohani dari ziarah ini sangat jelas, yang menyangkut hubungan mereka dengan Tuhan, tetapi fungsi sosial ini justeru mesti dikelola oleh para aktivis sosial, politisi dan pemerintah. Segala bentuk pembongkaran akan menjadikan disintegrasi sosial, karena itu masyarakat melawan, karena ini sudah menyangkut eksistensi masyarakat itu sendiri. (Abdul Mun’im DZ)

0 komentar:

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!