23.5.10
Negara Islam,Wacana dan Sejarah bangsa
Posted By
Abdurrahman Haidar
On
Minggu, Mei 23, 2010
Wacana pembentukan negara Islam tak perlu dibesar-besarkan. Mayoritas umat Islam di Indonesia masih berpegang pada kesepakatan awal para pendiri bangsa untuk mendirikan negara yang berdasarkan Pancasila.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Badan Intelejen Negara (BIN), As’ad Said Aliusai memaparkan pikirannya dalam acara Sarasehan Nasional Hari Kebangkitan Nasional dan Hari Lahir Pancasila di Balai Senat Gedung Pusat Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada (UGM), Rabu (19 /5). “Kalau orang membicarakan itu kan hanya kewaspadaan. Itu isu yang tak produktif,” kata As’ad yang juga wakil ketua umum PBNU seperti dilansir NU Online, Kamis (20 /5).
Dalam kesempatan itu ia memberikan penjelasan terkait wacana yang beberapa waktu silam diungkapkan oleh Presiden SBY itu. Menurutnya, ada beberapa aliran dalam Islam. Salah satunya, adalah kelompok yang menginginkan Indonesia menjadi negara Islam. Namun, kata dia, hal ini tentu saja bertentangan dengan Pancasila dan kesepakatan para pendiri negara terdahulu.
Pembentukan suatu negara, jelasnya, pada dasarnya berdasarkan sebuah kesepakatan. “Kesepakatan kita sejak awal negara ini berdasarkan pancasila bukan agama Islam,” tegasnya. Jika ada kesepakatan baru maka itu berarti negara dibubarkan dan itu berisiko pada perpecahan. Ia mengakui, selama ini memang ada kelompok yang berniat mendirikan negara Islam. Namun hal tersebut masih dalam bentuk wacana. Maka ia pun berharap agar hal tersebut tetap berada dalam ranah wacana dan tak diperjuangkan secara konkret.
“Karena itu saya perlu tekankan pada teman-teman yang ingin menegakkan negara Islam, harus mempelajari kembali sejarah kita,” katanya.
Bukan hanya sejarah nasional Indonesia, melainkan juga sejarah dunia. Bahwa Islam, lanjutnya, dibangun tak hanya dengan aqidah dan syariah namun juga peradaban. Di dalamnya, kata dia, ada ilmu pengetahuan.
(NU Online)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar