21.12.09

Humor Ala Gus Dur


SEMUA PRESIDEN GILA

Kita masih ingat humor politik Gus Dur yang dilempar kepada Presiden Kuba Fidel Castro. Ketika melakukan kunjungan kenegaraan ke Kuba, Gus Dur memancing tawa saat menyelingi pembicaraannya dengan Castro bahwa semua presiden Indonesia punya penyakit gila. Presiden pertama Bung Karno gila wanita, presiden kedua Soeharto gila harta, presiden ketiga Habibie gila ilmu, sedangkan Gus Dur sendiri sebagai presiden keempat sering membuat orang gila karena yang memilihnya juga orang-orang gila.
Sebelum tawa Castro reda, Gus Dur langsung bertanya. “Yang Mulia Presiden Castro termasuk yang mana?” Castro menjawab sambil tetap tertawa, “Saya termasuk yang ketiga dan keempat.”

Namun Ketika mengunjungi Habibie di Jerman, oleh orang dekat Habibie, Gus Dur diminta mengulangi cerita lucunya dengan Castro itu.
Merasa tak enak untuk menyebut Habibie benar- benar gila atau gila beneran, Gus Dur memodifikasi cerita tersebut. Kepada Habibie, dia mengatakan, dirinya bercerita kepada Castro bahwa presiden Indonesia hebat-hebat. Kata Gus Dur, Presiden Soekarno negarawan, Presiden Soeharto seorang hartawan, Presiden Habibie ilmuwan, sedangkan Gus Dur wisatawan.
Mungkin ini dikarenakan seringnya Gus Dur melawat keluar negeri.



SILATURRAHMI GUSDUR PADA PAK HARTO
       Rabu siang (8 /3) itu, lelaki tua yang tak lain mantan Presiden    Soeharto baru saja menjamu tamu istimewa: Presiden Abdurrahman Wahid.    Kepala Negara datang bersama Ibu Negara Sinta Nuriyah, putrinya Yenni    dan rombongan lainnya. Siang itu, Pak Harto tampak seperti tidak mau    beranjak dari kursi yang baru saja didudukinya bersama Gus Dur.        "Saya belum pernah melihat Bapak secerah ini. Bapak sepertinya sangat    menikmati joke-joke    Pak Dur," ungkap Siti Hardiyanti Indra Rukmana kepada Media, seusai    acara silaturahmi tersebut.        Tidak cuma Pak Harto yang terhibur. Menurut Mbak Tutut, semua orang    yang hadir pada pertemuan ini pun terhibur. "Sebab, tidak sekalipun    Pak Dur berbicara soal politik. Pak Dur juga selalu menghidupkan    suasana dengan ceritanya yang lucu, bila Pak Harto tampak lambat    mengucapkan kata-kata," kata Tutut lagi.        Memang, dalam pertemuan yang juga dihadiri Bondan Gunawan, Alwi    Shihab, dokter Umar Wahid, dan Sa`adilah Mursyid itu beberapa kali Gus    Dur berusaha menghidupkan suasana dengan joke-    nya yang khas. Mulai soal NU dan saudaranya, PDIP, petani dan Tapos.        Gus Dur bertutur, suatu saat ia datang ke peresmian satu pesantren. Di    bangunan baru itu juga dibuat toilet dan WC. Lantas seorang kiai    mengumumkan fasilitas yang dibangun tersebut. Karena malu menyebut WC    atau toilet, maka kiai itu bilang, "Ada kamar mandi dan saudaranya."    Pak Harto pun tertawa.        Lantas, Gus Dur cerita soal pengalamannya sebelum menjadi presiden    ketika menghadiri acara yang diselenggarakan PDIP. Awalnya, acara    pertama hingga keempat, kata Gus Dur masih biasa. Tetapi, memasuki    acara kelima, Gus Dur merasa aneh. Sebab, sang MC bilang, acara    selanjutnya memperkenalkan satrio piningit    . "Lo, satrio piningit, kok diperkenalkan. Harusnya kan    disembunyikan," ujar Gus Dur. (dalam bahasa Jawa, piningit berarti    disembunyikan).        Tidak itu saja, ketika Pak Harto bercerita soal terapi yang    dilakukannya untuk pemulihan--setiap kali bercerita, Tutut selalu    menjadi interpreter,        karena suara Pak Harto terdengar lirih dan sering sulit merangkai    kalimat panjang--antara lain berkunjung ke taman bunga, dan Tapos, Gus    Dur pun sempat menyelipkan guyonan soal petani.        Suatu ketika, kata Gus Dur, dia berjumpa sejumlah petani. Lantas, Gus    Dur bilang kepada petani itu, seseorang itu bisa disebut petani kalau    dia sudah bisa merasakan wanginya taek    sapi (kotoran sapi--red). "Apa itu betul Pak," tanya Gus Dur ke Pak    Harto. Dan, Pak Harto pun tertawa sambil mengangguk-angguk.        Gus Dur juga sempat menawarkan kepada Pak Harto untuk sejenak    menghabiskan waktunya di Istana Bogor. "Kalau Bbapak ngersa`ake    (berkeinginan) mau ke Cipanas atau mau ke Istana Bogor nanti kita    atur. Kan di Cipanas itu udaranya enak. Itu perlu dalam proses    penyembuhan. Pak Harto bilang, `Ya terima kasih` dengan suara yang    terputus-putus dan terdengar berat."        Ketika acara makan siang baru akan dimulai Gus Dur sempat mengemukakan    sebuah kejutan. "Hari ini adalah hari ulang tahun Ibu Nuriyah," ungkap    Gus Dur. Mendengar kejutan itu, Tutut bilang, "Waduh kalau tahu begitu    kan kita tadi bikin tumpeng." Tapi, sebuah `tumpeng- tumpengan`    seadanya--nasi putih yang dibentuk dan dihias semacam    tumpeng--akhirnya tersaji juga di atas meja.        "Siapa yang membacakan doa?" tanya Gus Dur. Lalu ditunjuklah Pak    Saadilah Mursyid untuk membacakan doa bagi keselamatan dan kesehatan    Ibu Nuriyah.        Acara yang berlangsung sekitar satu jam itu pun berakhir. Setelah Gus    Dur diingatkan salah satu pembantunya: acara lain telah menunggunya.    Setelah berjabat tangan dan berpelukan, Gus Dur pun mohon diri.    "Semoga Bapak lekas sembuh," bisik Gus Dur. Keduanya, kemudian    berjalan keluar rumah sambil bergandengan tangan.        Barangkali, lelaki berusia 78 tahun itu masih menikmati suasana    "magis" yang ditinggalkan Gus Dur di ruang keluarga Cendana No 10 itu.

0 komentar:

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!