
SEMUA PRESIDEN GILA
Kita masih ingat humor politik Gus Dur yang dilempar kepada Presiden Kuba Fidel Castro. Ketika melakukan kunjungan kenegaraan ke Kuba, Gus Dur memancing tawa saat menyelingi pembicaraannya dengan Castro bahwa semua presiden Indonesia punya penyakit gila. Presiden pertama Bung Karno gila wanita, presiden kedua Soeharto gila harta, presiden ketiga Habibie gila ilmu, sedangkan Gus Dur sendiri sebagai presiden keempat sering membuat orang gila karena yang memilihnya juga orang-orang gila.
Sebelum tawa Castro reda, Gus Dur langsung bertanya. “Yang Mulia Presiden Castro termasuk yang mana?” Castro menjawab sambil tetap tertawa, “Saya termasuk yang ketiga dan keempat.”
Namun Ketika mengunjungi Habibie di Jerman, oleh orang dekat Habibie, Gus Dur diminta mengulangi cerita lucunya dengan Castro itu.
Merasa tak enak untuk menyebut Habibie benar- benar gila atau gila beneran, Gus Dur memodifikasi cerita tersebut. Kepada Habibie, dia mengatakan, dirinya bercerita kepada Castro bahwa presiden Indonesia hebat-hebat. Kata Gus Dur, Presiden Soekarno negarawan, Presiden Soeharto seorang hartawan, Presiden Habibie ilmuwan, sedangkan Gus Dur wisatawan.
Mungkin ini dikarenakan seringnya Gus Dur melawat keluar negeri.

SILATURRAHMI GUSDUR PADA PAK HARTO
Rabu siang (8 /3) itu, lelaki tua yang tak lain mantan Presiden Soeharto baru saja menjamu tamu istimewa: Presiden Abdurrahman Wahid. Kepala Negara datang bersama Ibu Negara Sinta Nuriyah, putrinya Yenni dan rombongan lainnya. Siang itu, Pak Harto tampak seperti tidak mau beranjak dari kursi yang baru saja didudukinya bersama Gus Dur. "Saya belum pernah melihat Bapak secerah ini. Bapak sepertinya sangat menikmati joke-joke Pak Dur," ungkap Siti Hardiyanti Indra Rukmana kepada Media, seusai acara silaturahmi tersebut. Tidak cuma Pak Harto yang terhibur. Menurut Mbak Tutut, semua orang yang hadir pada pertemuan ini pun terhibur. "Sebab, tidak sekalipun Pak Dur berbicara soal politik. Pak Dur juga selalu menghidupkan suasana dengan ceritanya yang lucu, bila Pak Harto tampak lambat mengucapkan kata-kata," kata Tutut lagi. Memang, dalam pertemuan yang juga dihadiri Bondan Gunawan, Alwi Shihab, dokter Umar Wahid, dan Sa`adilah Mursyid itu beberapa kali Gus Dur berusaha menghidupkan suasana dengan joke- nya yang khas. Mulai soal NU dan saudaranya, PDIP, petani dan Tapos. Gus Dur bertutur, suatu saat ia datang ke peresmian satu pesantren. Di bangunan baru itu juga dibuat toilet dan WC. Lantas seorang kiai mengumumkan fasilitas yang dibangun tersebut. Karena malu menyebut WC atau toilet, maka kiai itu bilang, "Ada kamar mandi dan saudaranya." Pak Harto pun tertawa. Lantas, Gus Dur cerita soal pengalamannya sebelum menjadi presiden ketika menghadiri acara yang diselenggarakan PDIP. Awalnya, acara pertama hingga keempat, kata Gus Dur masih biasa. Tetapi, memasuki acara kelima, Gus Dur merasa aneh. Sebab, sang MC bilang, acara selanjutnya memperkenalkan satrio piningit . "Lo, satrio piningit, kok diperkenalkan. Harusnya kan disembunyikan," ujar Gus Dur. (dalam bahasa Jawa, piningit berarti disembunyikan). Tidak itu saja, ketika Pak Harto bercerita soal terapi yang dilakukannya untuk pemulihan--setiap kali bercerita, Tutut selalu menjadi interpreter, karena suara Pak Harto terdengar lirih dan sering sulit merangkai kalimat panjang--antara lain berkunjung ke taman bunga, dan Tapos, Gus Dur pun sempat menyelipkan guyonan soal petani. Suatu ketika, kata Gus Dur, dia berjumpa sejumlah petani. Lantas, Gus Dur bilang kepada petani itu, seseorang itu bisa disebut petani kalau dia sudah bisa merasakan wanginya taek sapi (kotoran sapi--red). "Apa itu betul Pak," tanya Gus Dur ke Pak Harto. Dan, Pak Harto pun tertawa sambil mengangguk-angguk. Gus Dur juga sempat menawarkan kepada Pak Harto untuk sejenak menghabiskan waktunya di Istana Bogor. "Kalau Bbapak ngersa`ake (berkeinginan) mau ke Cipanas atau mau ke Istana Bogor nanti kita atur. Kan di Cipanas itu udaranya enak. Itu perlu dalam proses penyembuhan. Pak Harto bilang, `Ya terima kasih` dengan suara yang terputus-putus dan terdengar berat." Ketika acara makan siang baru akan dimulai Gus Dur sempat mengemukakan sebuah kejutan. "Hari ini adalah hari ulang tahun Ibu Nuriyah," ungkap Gus Dur. Mendengar kejutan itu, Tutut bilang, "Waduh kalau tahu begitu kan kita tadi bikin tumpeng." Tapi, sebuah `tumpeng- tumpengan` seadanya--nasi putih yang dibentuk dan dihias semacam tumpeng--akhirnya tersaji juga di atas meja. "Siapa yang membacakan doa?" tanya Gus Dur. Lalu ditunjuklah Pak Saadilah Mursyid untuk membacakan doa bagi keselamatan dan kesehatan Ibu Nuriyah.

0 komentar:
Posting Komentar