20.2.10

'DUA HARI' Maulid Nabi. -Arif Menyikapi Perbedaan-


Awal Rabiul Awal 1431 H sudah ditetapkan. Tapi kali ini ada dua ketetapan yang berbeda, versi pemerintah dan pemerintah dan versi NU. Akibatnya jelas, Maulid Nabi 12 Rabiul Awal jatuh pada hari yang berbeda pula. Versi pemerintah hari Jumat 26 Februari 2010 , sedangkan versi NU hari Sabtu 27 Februari 2010. Bagaimana menyikapinya? Ketua Lajnah Falakiyah PBNU, KH A. Ghazalie Masroeri, berharap masyarakat bersikap arif dan mengedepankan ukhuwah islamiyah ataumengedepankan persaudaraan sesama muslim dalam menyikapi perbedaan penetapan awal Rabiul Awal 1431 H yang menyebabkan perbedaan peringatan hari kelahiran atau Maulid Nabi Muhammad SAW tersebut. “Wong Idul Fitri saja bisa beda, apalagi Maulid Nabi. Ini tidak masalah. Yang penting adalah kapan saja dan di mana pun kita perlu melakukan perenungan dan mencari uswatun hasanah (teladan yang baik) dari peringatan Maulid Nabi ini,” katanya, kemarin. Perbedan penetapan awal bulan ini terjadi karena NU dan pemerintah memakai kriteria penetapan awal bulan berbeda. Pemerintah mengacu pada almanak yang menggunakan data hisab dengan kriteria wujudul hilal atau asal hilal sudah di atas ufuk, sementara NU selain menggunakan hisab dengan kriteria imkanurrukyah juga mengharuskan pembuktian di lapangan atau disebut dengan rukyatul hilal. Hasilnya, pemerintah menetapkan awal bulan jatuh pada Senin, 15 Februari 2010 , sehingga Maulid Nabi 12 Rabiul Awal jatuh pada 26 Februari 2010. Sedangkan NU menetapkan tanggal 1 Rabiul Awal jatuh pada Selasa 16 Februari 2010 , sehingga 12 Rabiul Awal jatuh pada 27 Februari 2010. Kiai Ghazalie berpendapat, perbedaan hitungan hisab dalam penentuan tanggal 1 Rabiul Awal 1431 H tahun ini menunjukkan bahwa hisab tidak dapat dijadikan dasar penyatuan penetapan awal bulan Qomariyah atau Hijriyah. “Ada lebih dari 20 manhaj (metode) hisab berkembang di Indonesia, dan perbedaan hitungan hisab selalu ada. Maka hisab tidak bisa dijadikan dasar, melainkan hanya sebagai pemandu pelaksanaan rukyatul hilal,” katanya. Perbedaan dalam hitungan menit, lanjut Kiai Ghazalie, masih dapat ditoleransi. Yang menjadi masalah adalah apabila perbedaan sudah pada hitungan derajat, lebih- lebih apabila perbedaan itu diterapkan pada hitungan hari. Menurut Kiai Ghazali, perbedaan almanak NU dengan almanak lain pernah terjadi di masa lalu, yakni ketika menteri agama dijabat oleh Said Aqil Munawwar pada 2003. Perbedaan juga terjadi baru-baru ini pada saat menteri agama dijabat oleh M. Maftuh Basyuni. “Tetapi perbedaan-perbedaan itu dapat teratasi dengan rukyah-rukyah yang diselenggarakan oleh NU dan berhasil melihat hilal. Sekiranya untuk penetapan hari Maulid Nabi Muhammad SAW diselenggarakan rukyah oleh negara, maka insyaallah yang benar adalah almanak NU yang menetapkan hari Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari Sabtu, 27 Februari 2010 ,” urai Kiai Ghazalie.

0 komentar:

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!