22.3.10
PEMALANG KOMPLANG: Prasasti Trowulan
Posted By
Abdurrahman Haidar
On
Senin, Maret 22, 2010
Dari beberapa desa/tempat yang terdapat dalam Prasasti Trowulan yang mempunyai persyaratan sebagai Pusat pemerintahan atau bekas suatu Keraja'an atau keraton adalah sebagai berikut:
1. Ada tanda-tanda bekas suatu keraton/Keraja'an.
2. Tempat pendidikan atau Padepokan.
3. Tempat pembuatan alat peperangan maupun Pusaka.
4. Tempat gudang pangan yang disebut Pedurungan/Pendaringan.
5. Tempat Pemandian atau Beji (Balumbangan)
6. Tempat Pesiar petamanan (Tamansari).
7. Tempat makam Raja,Adipati,Patih,Demang,Punggowo keraton,makam para guru padepokan/Pemuka agama dan sebagainya.
PENJELASAN:
1. Sebelum nama Kadipaten Pemalang,nama Pemalang adalah Keraja'an KEBONAGUNG. dan menurut Prasasti Trowulan adalah desa Kabunan di wilayah Kecamatan Taman yang mempunyai kaitan dengan desa-desa di sekitarnya.Maka desa Kabunan dimungkinkan sebagai pusat Pemerintahan pada zaman kekuasa'an Pemalang di pegang oleh Ki Gede Sambungyudha sampai Adipati Anom Pangeran Banowo.
2. Tempat Pendidikan Agama Hindu/Budha pada saat itu bernama padepokan,yang berada di desa Depok Pedurungan diasuh oleh Ki Buyut Majalangu,sedangkan di Depok Wanarejan diasuh oleh Ki Buyut Tondidimuka.
3. Tempat pembuatan alat perang atau pusaka bernama Besalen oleh Empu Sura Madurangin,yang merupakan putra dari Empu Supondriyo dari Majapahit bertempat di Jurang Simangu Pedurungan tengah Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang.Empu tersebut terkenal di Pemalang bahwa keris buatannya berbau harum.Empu tersebut kemudian di angkat menjadi punggawa keraton Pemalang yang nantinya akan mempersenjatai Prajurit Pemalang,sekaligus pusaka pesanan para punggawa keraton Pemalang.Bukti Penyucian bentuk belik/sumur masih ada,atau tempat menyepuh pusaka keris,tombak,pedang dan lain sebagainya.
4. Tempat Gudang pangan,yang menurut bahasa Kawi kuno disebut Pedurungan (untuk umum),jika didalam rumah disebut Pendaringan.Gudang pangan tersebut terletak di sebelah timur Polsek Beji,sekarang PT.Pertani Persero.dahulu pada saat penggalian untuk fondasi gedung Pertani di temukan Fondasi bangunan kuno setebal 2 meter membujur keselatan yang di yakini sebagai bangunan gudang pangan pada masa kekeratonan Pemalang.maka kemudian nama desa di tempat ini adalah Pedurungan.
5. Tempat pemandian atau Palumban atau disebut beji atau Balumbangan,yaitu tempat pemandian putra putri Raja ataupun punggawa Keraton,terletak di didesa Beji,Pemalang.
6. Tempat pesiar atau Tamansari,tempat relaksasi untuk keluarga keraton atau punggawa keraton,terdapat di desa Taman,Pemalang.
7. Tempat makam Raja dan Punggawa keraton,diantaranya ialah:
1.Ki Gede Sambungyudha,penguasa Pemalang,terdapat di desa Kabunan.
2.Ki Gede Murti,Patih Pemalang,terdapat di Brujulan,Kabunan.
3.Pangeran Benowo,Adipati Pemalang,terdapat di desa Penggarit,Taman.
4.Ki Sampun Djiwonegoro,Patih pemalang,terdapat di desa Wanarejan.
5.Ki Talabudin,Patih Pemalang,terdapat di desa Pedurungan.
6.Ki Singodirono,Demang di Pemalang,terdapat di desa Pedurungan.
7.Ki Singowononurto,Ponatus terdapat di desa Pedurungan.
8.Ki Buyut Majalangu,pemuka agama,terdapat di desa Pedurungan.
9.Ki Buyut Tandadi muko,pemuka agama,terdapat di desa Wanarejan.
10.Ki Suro Mandurangin,seorang Empu,tidak di ketahui makamnya.
1 1.Raden Mas Soewargi,seorang Kanjeng terdapat di desa Taman.
12.Ki Buyut Bantarosa,pelatih perang,terdapat di Wanangseta desa Wanarejan.
Dan masih banyak yang belum di temukan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Menarik, baca Blogku juga ya !
http://panyutro.blogspot.com/2013/02/trah-ki-ageng-mangir-saat-saat-terakhir.html
Aku menangis saat menulis ini, bukan masalah siapakah dia, tetapi kenapa dia berani mengambil keputusan yang menyebabkan dia harus mati mempertahankan keyakinannya, persis seperti kakek moyangnya Ki Ageng Mangir yang juga harus wafat demi keyakinannya,
Bertemu keluarga sebelum dihukum tembak
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Penggagas Negara Islam Indonesia, dijatuhi hukuman mati oleh Presiden--sekaligus mantan teman satu perguruannya Soekarno. Satu guru satu ilmu, Namun beda nasib Pelaksanaan hukuman mati dilangsungkan Pada tgl 5 September 1962 di sebuah Pulau di Utara Jakarta
Posting Komentar