24.3.10
Posisi Pelik AS terhadap Isra'el
Posted By
Abdurrahman Haidar
On
Rabu, Maret 24, 2010
Krisis hubungan AS-Israel terakhir terkait isu pembangunan permukiman Yahudi di Jerusalem Timur menunjukkan isu permukiman tetap menjadi sentra dalam proses perdamaian ke depan. AS dan Israel sudah mengalami ketegangan hubungan akibat isu permukiman Yahudi setahun terakhir ini, sejak Barack Obama memangku jabatan Presiden AS pada awal tahun 2009. Obama sejak awal meminta Israel membekukan semua jenis pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Jerusalem Timur. Israel menolak. PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, permukiman Yahudi di Jerusalem Timur dan Tepi Barat adalah harga mati karena terkait ideologi dan masa depan politiknya. Netanyahu berasal dari kubu kanan dan melihat pembangunan permukiman Yahudi, apalagi kota Jerusalem merupakan sentra dari ideologi zionis yang diyakininya. Dari segi politik, pemerintah koalisi Netanyahu yang didukung partai agama dan ultranasionalis kanan tidak memiliki pilihan lain kecuali berjuang keras melanjutkan proyek permukiman itu. Ini perlu untuk mempertahankan keutuhan koalisi. Situasi amat pelik bagi Netanyahu dan juga AS. Berkompromi Suatu hal yang paling jauh bisa dilakukan Netanyahu adalah menunda atau membekukan sementara pembangunan permukiman, tetapi tidak menghentikan sama sekali. Pemerintah AS memahami keterbatasan Netanyahu dan bersedia berkompromi. Sebaliknya, AS berpaling dengan menekan Palestina dan dunia Arab untuk menerima pembekuan sementara pembangunan permukiman sebagai bentuk kompromi. Solusi kompromi itulah yang menghasilkan kesepakatan untuk memulai perundingan tidak langsung Israel-Palestina awal Maret lalu. Namun, tiba-tiba Israel bikin ulah dengan mengumumkan rencana membangun 1.600 unit rumah baru di Jerusalem Timur pada 9 Maret. Namun demikian, tidak banyak tekanan yang bisa dilakukan AS kepada Israel. Sejumlah media massa di Israel menawarkan opsi lain pada Obama, yaitu terus menekan Netanyahu dan membiarkan pemerintah koalisi Netanyahu ambruk. Hal itu pernah dilakukan Presiden AS Bill Clinton terhadap pemerintahan Netanyahu pada akhir 1990- koalisi kubu tengah kiri dan kanan, yaitu Likud, Kadima, dan Buruh. Risikonya, proses perdamaian tertunda lagi. Tampaknya Obama mempertahankan pemerintahan Netanyahu. (kompas.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar