29.4.10
Belajar dari Fir'aun
Posted By
Abdurrahman Haidar
On
Kamis, April 29, 2010
Beberapa hari lalu saya mengunjungi Museum Nasional di Kairo, Mesir. Saya melihat jasad Firaun yang dulunya congkak, berkuasa, melawan Tuhan, durhaka, terlaluan, dan pemberontak itu. Fir’aun pernah berteriak kepada rakyatnya: “Akulah Tuhan kalian yang tinggi.” Suatu kali pula ia berbicarakepada semua rakyatnya. “Aku tidak melihat tuhan lain bagi kalian selain aku.”
Tiba-tiba saya melihat jasad congkak itu yang kaku dan mulai rusak. Tiba-tiba pula saya teringat firman Allah: “ Pada hari ini Aku selamatkan dirimu dengan jasadmu agar engkau menjadi tanda bagi orang-orang setelah engkau.” Terbayang kemudian dalam benak saya, tentang kisah tragis manusia yang melupakan tuhannya, tidak adil kepada dirinya, melampaui batas kemanusiaan, yang kemudian berakhir hidupnya secara menyedihkan. Saya lihat susunan tulang Firaun menonjol, wajahnya yang muram, giginya nongol, dan tengkoraknya yang retak. Penguasa durjana ini kini sendirian, hampa dari segalanya, tanpa kekuasaan dan yang lebih malang, ia terputus dari kasih sayang Allah. Jasad Firaun diperlihatkan kepada semua mata manusia sebagai bukti kebenaran sejarah dan kisah hidup sang durjana. Saya melihat jasadnya yang tersimpan dalam kotak kaca yang tak lagi tercium bau kekuasaan. Tiada lagi lambang kekuasaan dan tongkat komando. Firaun tak lagi memiliki pasukan setia dan pegawai yang siap menjalankan perintahnya.
Musa pernah berkata kepadanya: “ Katakanlah Firaun, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.” Tapi, Firaun membalas dengan kata keji dan hina: “Akulah Allah.” Musa berkata lagi kepadanya: “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Zat yang Maha Sendiri dan Esa serta agung dalam kemuliaan-Nya.” Firaun menyahut; “Aku tidak melihat tuhan lain selain aku.” Oh Raja bodoh yang durhaka. Ia berseru selanjutnya: “Bukankah aku Raja Mesir dan sungai-sungai ini mengalir di bawah kakiku.” Maka, Allah telah mengalirkan sungai atas kepalanya mengiringi kematiannya. Saya teringat, Firaun mati tenggelam di dalam air, kemudian terlempar ke padang pasir seperti bangkai katak. Adakah pikiran Firaun ini pikiran gila di alam semesta? Adakah ia mempertimbangkan setelah mengamati langit dan bumi? Adakah ini dilaksukan setelah menyaksikan alam semesta dan planet- planetnya? Adakah ini dilakukan setelah merenung kehebatan matahari dan bulan? Adakah ini dilakukan melalui kemampuan membaca penciptaan bintang, gunung-gunung tinggi, lautan, angin kencang, sungai-sungai, serta usai menikmati dan mengamati buah-buahan yang matang? Hancurlah dia.
Apa yang membuatnya berpikir konyol dan lepas dari hati nurani. Mengapa ia tidak berhenti sejenak untuk berpikir dan merenungi diri bahwa ia tak layak mengaku Tuhan. Karena Tuhan senantiasa hidup dan tidak mati, abadi dan tidak rusak, kaya dan tidak mengalami kekurangan. Kuat dan tidak lemah, tidak tidur, tidak makan makanan, dan tidak memerlukan makhluk, dan waktu tidak bisa mengubahnya. Sedangkan Firaun tetaplah makhluk lemah. Mengalami kematian seperti kematian yang lain. Lapar seperti ternak. Bangun seperti kucing. Tidur seperti tikus. Ia makan dan buang kotoran. Jika Firaun adalah pencipta alam semesta lalu bagaimana ia ciptakan alam semesta sebelumnya yang telah tercipta jutaan tahun? Seadainya ia mampu mengangkat langit, tapi di mana kekuatannya untuk melindungi diri dari gelombang dahsyat air yang membunuhnya? Celakalah tangan seorang tiran yang melakukan kebohongan dan kemudian dijadikan kebenaran. Hancurlah Firaun.
Bagaimana ia bermain di panggung dunia ini dengan kesimpulan menyesatkan bahwa ia adalah sosok yang harus disembah selain Allah? Mungkinkan manusia menyembah sepotong daging dan tulang yang masih membutuhkan makanan dan kesegaran, perlu tidur, kekuatiran akan cuaca, merasakan lapar dan haus, serta bisa dikecewakan penyakit. Bagaimana pula ia menjadi seorang Tuhan jika ia awalnya hanya sperma kotor dan berakhir pula menjadi mayat kotor? Bagaimana ia mengaku tuhan sementara ia menangis, sedih, prihatin, menguap, bersin, dilupakan, marah, benci, iri hati, buang air kecil, buang air besar dan butuh hubungan seksual? Sungguh pria malang ini adalah makhluk lemah, rapuh, miskin, dan sengsara. Dia bukan Tuhan yang kuat, kaya, hidup dan tidak mati yang memiliki kemampuan menciptakan, Maha Esa, tempat bergantung, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tiada sekutu baginya. Saya saksikan Firaun, lantas hati saya berteriak: “Tidak ada tuhan selain Allah. Keabadian bagi Allah. Kebesaran milik Allah. Kebanggaan milik Allah. Keperkasaan dan Kerajaan milik Allah.” Ketika saya lihat wajah Firaun yang muram, hati saya berkata: “ Celakalah dan hancurlah kamu wahai makhluk keras kepala. Kutukan atasmu wahai bodoh. Rasakan akhir hayatmu.
Jadilah kini engkau sebagai pelajaran bagi kami orang-orang yang hidup ribuan tahun setelah engkau, Firaun. Dan kami tahu bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam, Tuhan dari semua makluk yang pertama dan yang terakhir. Sedangkan engkau, nol di tengah semesta ini. Engkau makhluk biasa. Saya baca kisahmu dan semakin menjengkelkan saya. Saya bebas darimu dan cara berpikirmu. Kami berlindung kepada Allah dari nasib seperti nasibmu. Kami memohon selamat dari Allah dari kematian sial seperti yang engkau alami. Sungguh sangat celaka mereka yang mengikuti Firaun, meniru kelakuannya, dan rela tindakannya. n
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar