11.4.10

Gus Mus ajak warga NU untuk lebih Percaya Diri


Terpilihnya Prof.DR.KH Said Agil Siraadj dan DR.KH.Sahal Mafud sebagai pemimpin NU seharusnya bisa menjadi suntikan semangat dan memberi kebanggaan warga NU. Sebab, keduanya memiliki gelar lengkap. “Yang satu sudah lengkap gelarnya, yang satunya juga begitu. Apalagi kalauditambah kiai dan haji, lengkap sudah gelarnya,” ujar KH Mustofa Bisri kepada ribuan orang yang hadir dalam peringatan Hari Lahir ( Harlah) NU yang ke-84 di Masjid An-Nur, Pare, Kabupaten Kediri, kemarin malam. Kelengkapan gelar itu, menurut Gus Mus, panggilan akrab KH Mustofa Bisri, harusnya tidak menjadi kebanggaan saja, tapi juga memberikan inspirasi bagi warga NU untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Gus Mus lalu mengapresiasi MWC NU Pare yang telah memiliki MI, MTs, dan MA. Jika MMC-MWC lain bisa melakukan hal serupa, Gus Mus yakin tidak ada lagi anak-anak warga NU yang ketinggalan pendidikan. Kiai yang juga budayawan ini mengajak warga NU lebih percaya diri. Sebab, meski hampir semua warga NU berbasis di desa, dalam soal kedalaman agama pasti tidak kalah dengan orang kota. “ Dengan demikian, warga NU tidak mudah ditarik-tarik oleh pihak lain atau kelompok Islam lainnya,” terangnya. Gus Mus menggambarkan bahwa saat ini NU tidak lagi hanya milik bangsa Indonesia, tapi sudah menjadi milik dunia internasional. Lantas diceritakannya kegelisahan orang Jepang tentang tarik- menarik idiologi saat ini. “Seorang profesor Jepang bingung dan gelisah melihat peta ideologi saat ini. Tapi ia gembira begitu mengetahui NU bisa diharapkan,” ujarnya. Profesor Jepang itu, kata Gus Mus, menyebutkan ideologi dalam barisan Amerika Serikat di bawah George W Bush dan Oshama Bin Laiden dengan cap Islam garis kerasnya. Keduanya tarik-menarik dan saling memaksa. “Jika tidak mengikuti AS, maka akan diperangi. Sedangkan kalau tidak ikut Oshama Bin Laiden, akan dibom. Kan... repot ini,” ujarnya disambut tawa hadirin. Namun demikian, lanjut Gus Mus, orang Jepang yang diwakili ilmuwan bergelar profesor itu masih memiliki harapan. Sebab, ternyata masih ada sosok Islam yang tidak radikal, yaitu Islam seperti NU. “Coba bayangkan, orang Jepang aja masih berharap kepada NU. Jadi, biar NU ndeso atau diwadani Islam tradisional, tapi dunia masih bertumpu pada NU,” terangnya. Peringatan Harlah ke-84 NU di Kabupaten disemarakkan serangkaian kegiatan yang puncaknya digelar di masjid terbesar di Kabupaten Kediri itu. Di antaranya adalah lomba melukis tingkat ibtidaiyah se-Kabupaten Kediri dan parade band. Rangkaian acara ditutup dengan pengajian yang menghadirkan KH Mustofa Bisri, pengasuh Pondok pesantren Roudotul Tolibin Rembang dan KH Maslichan dari Mojokerto.

0 komentar:

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!