4.4.10

Tantangan Baru NU


Sepekan ini, Nahdlatul Ulama (NU) disibukkan dengan muktamarnya. Forum ini berlangsung seru karena sejumlah kelompok penopang utama organisasi kaum sarungan ini mencurahkan pikiran dan gagasan brilian masing-masing.Tapi, yang tak kalah seru, sejatinya,adalah tantangan yang harus dihadapi pascamuktamar.
Perangkat organisasi pascamuktamar haruslah bekerja keras dan tidak terjebak dalam iklim kerja yang bercorak diskursus an sich. Sektor vital yang menjadi garapan utama NU harus segera diseriusi dan diadvokasi dengan tekun dan telaten. Sesuai misi NU, sektor-sektor berikut menjadi tantangan nyata NU jika ingin tampil menjadi pelayan umat secara maksimal. Pertama, NU perlu menata dan memaksimalkan sektor pendidikan. Pondok Pesantren dan Perguruan Tinggi yang bernaung di bawah Maarif NU perlu diberi ruang besar dan diwajibkan mengakomodasi perkembangan metodologi pembelajaran kontemporer. Dengan begitu, pembentukan lembaga pendidikan yang terjadi, bukan atas jasa kepentingan politik, dan bukan juga “belas kasihan” individu. Selain itu, proses transformasi intelektual yang dulu menjadi unggulan idealitas pengaderan pendidikan NU, perlu digeser menjadi model pendidikan yang agak peka terhadap inovasi pasar. Dampak yang perlu ditunggu dari proses akselerasi pendidikan ini adalah meningkatnya secara cepat kesadaran sosial warga NU, dan terangkatnya kalangan pesantren sebagai faktor dalam percaturan ideologi pendidikan yang berkembang di Tanah Air, sehingga lembaga ini tidak hanya berada di pinggiran perkembangan peradaban itu sendiri. Kedua, NU perlu menata dan memaksimalkan sektor ekonomi umat. Penguatan ekonomi umat merupakan tantangan paling nyata jika ingin organisasi ini terbilang mandiri. Sepuluh tahun ke depan, merupakan titik konsentrasi jam’iyyah yang perlu diarahkan terbentuknya sentra-sentra ekonomi umat. BMT, koperasi, dan unit usaha lain perlu dirintis, dan dalam kurun waktu tertentu dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif; sehingga NU tidak hanya dibilang pandai dalam mengelola politik dan massa. Dalam hal ini, kita patut apresiasi atas janji Gus Sholah yang akan memberikan perhatian maksimal atas pengembangan ekonomi umat jika dipercaya menjadi pucuk pimpinan di tubuh NU pusat. Ketiga, NU perlu menata dan memaksimalkan sektor teknologi. Tuduhan agar NU tidak hanya berisi kelompok masyarakat tradisional dan komunal perlu dijawab dengan mengenalkan teknologi ke pesantren dan warga NU di pelosok-pelosok desa. Akan tetapi, posisi teknologi itu sendiri ibarat pisau bermata dua. Jika tidak mampu digunakan dengan baik, maka tekonologi tersebut akan menghujam kita dan kontraproduktif. Rintisan NU Online, TV9 oleh PWNU Jatim, dan pengembangan jurnalistik melalui koran kecintaan warga NU (Duta Masyarakat) bisa menjadi titik awal membangunkan tidur lelap warga NU akan pentingnya menyapa teknologi. Di sinilah titik relevansinya, kenapa gerbong NU dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan perlu membidik peluang-peluang non politik praktis, sehingga garapan NU dalam pembinaan umat kian nyata, tidak terjerembab dalam kubangan klaim politik.oleh: SHOFIYUL ARIF SUBCHI Koordinator poros muda NU

0 komentar:

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!