Menghadapi tantangan dari Portugis yang sudah menguasai pusat perdagangan di Malaka dan ingin menguasai pelabuhan di pulau Jawa,sasaran pertamanya adalah Banten yang waktu itu terkenal akan rempah-rempahnya.
Pada masa pemerintahan Panembahan Yusuf,kerajaan Banten telah berhasil merebut Pakuan yang merupakan ibukota kerajaan Hindu Padjajaran.kedatangan Pangeran Benowo putra Pajang di tanah Banten disambut gembira oleh Panembahan Yusuf karena mengingat yang mengangkat dirinya adalah Sultan Hadiwidjojo yang adalah ayahanda dari Pangeran Benowo.
Maksud kedatangan Pangeran Benowo di kerajaan Banten tak lain adalah untuk meminjam keris pusaka Kyai Tapak yang dahulu digunakan untuk kekancing (sebuah syarat) pengangkatan pejabat kerajaan Banten oleh eyang Fatahillah yang dilantik oleh Sultan Hadiwidjojo.maka dengan senang hati Panembahan Yusuf memberikan keris Kyai Tapak itu kepada Pangeran Benowo.setelah lega karena maksud dari kedatangannya sudah terpenuhi,Pangeran Benowo lantas pamit minta Izin meninggalkan Banten menuju ke kadipaten Pemalang dan kepergiannya dikawal prajurit Banten hingga setengah perjalanan.
Kedatangan Pangeran Benowo di kadipaten Pemalang yang sedang mengalami kekosongan (Pemalang Komplang) disambut sukacita oleh Patih Djiwonegoro beserta para punggawa praja Pemalang.
Segera Pangeran Benowo menunjukkan layang kekancing sebagai Adipati di Pemalang dari ramanda Sultan Hadiwidjaja,serta merta layang kekancing tersebut dibacakan oleh Patih Djiwonegoro kepada para punggawa praja dan di saksikan oleh rakyat pemalang.
Pengangkatan Pangeran Benowo menjadi Adipati Pemalang yang membawahi Tegal,Pekalongan dan brebes dilaksanakan pada hari Jum'at Pon tanggal 24 Januari 1575 bertepatan dengan tanggal 2 Syawal 982 Hijriyah,pada pranoto mongso ke tujuh pada musim Rendeng (penghujan) dengan kalimat tanda 'Pemalang Subur Makmur Loh jinawi,Gemah ripah Toto karto toto turahardjo' sebagai slogan.
Karena Islam sudah berkembang pesat di kadipaten Pemalang,maka pada usai pelantikan tersebut diadakan silaturrahmi atau Halal bi Halal antara Adipati Pangeran Benowo dengan bawahannya dan rakyat Pemalang.pelantikan di warnai pula dengan sumbang terima jabatan dari Patih Djiwonegoro kepada Adipati Pangeran Benowo.
Menurut sebuah legenda,pada waktu diadakan peresmian Jumenengan (pelantikan) dan Halal bi Halal,Pangeran Benowo mengkritik para penyelenggara b
ahwa jikalau di Pajang dan di Jipang ada peristiwa seperti ini (pelantikan) pasti diadakan pertunjukan.
Maka terdengar kritikan tersebut oleh patih Djiwonegoro yang saat itu juga langsung mendatangkan Ledek Gambyong dari desa Gombong bernama Nyi Sarinten dengan gamelan dan Nayaga komplit.melihat ini,sang Adipati Pangeran Benowo bangga dengan kesigapan dan kepatuhan dari patih Pemalang,Djiwonegoro.
(sumber : Pimpinan RINGGIT PURWA,Ki Sunari Djoko Tjarito,Pemalang)
3.5.10
PEMALANG KOMPLANG : Kesultanan Banten pada Abad ke XVI dalam Legenda Pemalang
Posted By
Abdurrahman Haidar
On
Senin, Mei 03, 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar