23.6.10

Kementarian Pemberdayaan Perempuan Apresiasi Peran Fatayat NU


Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari memberikan apresiasi atas peran Fatayat NU dalam memberdayakan para perempuan di lingkungan NU dalam mengembangkan dan meningkatkan kapasitas yang mereka miliki.

“Saya memberi apreasiasi atas upaya kader-kader muda Fatayat NU dalam memperjuangkan aspirasinya,” katanya ketika membuka acara Refleksi Nasional dan Pertanggungjawaban Publik Program Gender dan Hak Kesehatan Reproduksi Fatayat NU periode 2005-2010 di Jakarta, Selasa (22/6).

Peran Fatayat NU cukup menonjol dalam upaya pemberdayaan perempuan salah satunya karena memiliki jaringan sampai ke akar rumput di desa-desa sehingga gerakannya bisa mengjangkau seluruh pelosok Indonesia.

Dijelaskannya, perempuan di Indonesia masih menghadapi beberapa permasalahan mendasar seperti angka kematian ibu melahirkan yang saat ini masih berada pada angka 228 per 100 ribu kelahiran, yang merupakan tertinggi di ASEAN, padahal berdasarkan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, harus dicapai angka 102.

Masalah lain yang menjadi momok bagi perempuan adalah kesehatan dan kemiskinan, serta kurang seimbangnya peran antara perempuan dan laki-laki.

Untuk mengatasi hal itu, salah satu yang dilakukan pemerintah adalah melalui kebijakan penganggaran yang responsif terhadap gender, yaitu responsive terhadap kebutuhan laki-laki dan perempuan di sejumlah departemen seperti Departemen Keuangan, Departemen Pendidikan, Depkumham dan lainnya.

Keterbelakangan perempuan yang sebenarnya merupakan bagian penting dari kehidupan ini tampak dari Indeks Pembangunan Indonesia yang hanya menduduki peringkat 101 diantara 182 negara karena permasalahan kemiskinan dan kesehatan yang dialami perempuan di Indonesia.

Selain Indonesia, negera lain yang sudah menerapkan kebijakan ini adalah Nepal, Marokko dan India. (mkf)
http://nu.or.id

0 komentar:

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!