1.7.10

Humor Kiai dan Santri


Sekalinya Gus Dur Kalah

Konon Gus Dur sempat memimpin perusahaan penerbangan Abdurrahman Wahid Air atau AW Air. Waktu itu Gus Dur melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke kantornya, melihat para pegawainya bekerja.

Gus Dur sempat kaget melihat seorang yang duduk-duduk santai. Tidak bekerja. Padahal ini masih jam kerja.

“Kamu tidak bekerja?” tanya Gus Dur

“Maaf. Saya lagi istirahat Pak,” katanya.

Gus Dur tidak menjawab lagi. Pikirnya, karyawan ini sudah tidak bisa diberi ampun.

“Gajimu berapa sebulan?” Tanya Gus Dur.

“Satu juta Pak,” katanya.

“Ya sudah. Kamu saya kasih dua juta, dan kamu tidak usah lagi bekerja di sini.”

Orang tadi bengong, tapi uang pemberian Gus Dur tadi diterima begitu saja, dan dia langsung pergi.

Setelah itu, Gus Dur langsung memanggil salah seorang pimpinan direksi.

“Hei. Orang tadi sudah saya kasih pesangon, tidak usah lagi bekerja di sini. Kita harus tertibkan manajemen perusahaan,” kata Gus Dur agak jengkel.

“Wah. Dia bukan karyawan sini Pak. Dia pengantar barang,” kata pimpinan.

“Hah…,” Gus Dur tak bisa berkata apa-apa. Kali ini Gus Dur kalah.


Didaur ulang dari Humor Gus Dur di Okezone. Kebenaran cerita ini tak bisa dipertanggungjawabkan. Sekedar humor. (Anam)



HPnya Terbalik

Seorang kiai mendapat hadiah HP baru yang berukuran agak besar, lebih besar dari HP sebelumnya. HP itu diperoleh dari salah seorang santri yang sudah sukses. Mereknya Nokia, tipe 9210.

Suatu saat, dalam satu pertemuan dengan tokoh politik lokal tiba-tiba HP di saku baju takwa berbunyi dan langsung diangkat sendiri oleh kiai.

"Assalamualaikum, halo halo halo," kata kiai. Tapi suara penelpon tak terdengar. "Ini ada orang nelpon kog ga bisa didengar suaranya," katanya agak kesal.

Kiai tidak tahu kalau HP tipe seperti itu lubang suaranya ada di belakang. "Halo halo..." Tidak ada suara.

"Kebalik Kiai," kata seorang mengingatkan.

Spontanitas kiai langsung membalik halo menjadi, "Loha loha." Dan suara penelpon tetap tak terdengar. (nam)



Rokok Kiai

Di satu pesantren di Jombang, Jawa Timur, santri-santri dilarang merokok. Dan mbah kiai pengasuh pesantren tidak segan-segan memberikan takzir (hukuman) setimpal pada santri yang melanggar. Namun ada saja santri nakal yang melakukan pelanggaran.

Beberapa gelintir santri yang tidak tahan ingin merokok mencari-cari kesempatan di malam hari, pada saat gelap di sudut-sudut asrama atau di gang-gang kecilnya, atau di tempat jemuran pakaian atau di pekarangan kiai.

Satu malam seorang santri perokok ingin melakukan aksinya. Ia bergegas ke kebun blimbing. Ia dekati seorang temannya di kejauhan sedang menyalakan rokok.

"Kang, join rokoknya ya..." katanya sambil menyodorkan jari tengah dan telunjukknya.

Temannya langsung menyerakan rokok yang dipegangnya.

Santri perokok langsung mengisapnya. "Alhamdulillah, nikmatnya..." katanya. Diteruskan dengan isapan kedua.

Rokok semakin menyala, dan... dalam gelap dengan bantuan nyala rokok itu lamat-lamat ia baru sadar siapa yang sedang dimintainya rokok. Namun santri belum yakin dan diteruskan dengan isapan ketiga... Rokok semakin meyala terang.

Ternyata... yang dia mintai rokok adalah kiainya sendiri.

Santri kaget dan ketakutan. Dia langsung kabur. Lari tunggal langgang tanpa sempat mengembalikan rokok yang dipinjamnya.

Sang kiai marah besar: "Hei rokok saya jangan dibawa, itu tinggal satu-satunya, kang..." (nam)


Gus Dur dan Sepatu Bush

Terjadilah insiden pelemparan sepatu oleh wartawan stasiun TV di Irak ke arah presiden Amerika Serikat George W. Bush. Dunia jadi geger. Semua media menyajikannya sebagai berita utama. Tokoh-tokoh dunia berkomentar.

Mayoritas memberikan dukungan kepada sang wartawan. "Lemparan penghinaan itu adalah tanggapan balik terhadap invasi Amerika ke Irak." Dunia Arab kontan memberinya gelar pahlawan, meski belakangan wartawan ini babak belur.

Para tokoh di Indonesia pun tidak ketinggalan. Ada yang menyesalkan sikap wartawan yang emosional, tidak beretika. Namun umumnya memberikan acungan jempol kepada wartawan.

Tibalah saatnya dalam suatu forum politik para wartawan merangsek mendekati mantan presiden RI Gus Dur, meminta pendapatnya soal sepatu Bush.

"Gus Dur bagaimama pendapat anda tentang insiden pelemparan sepatu? Apakah itu termasuk bentuk kejengkelan warga Irak?"

"Apakah anda mendukung itu Gus?"

"Gus, apakah Bush pantas mendapatkan itu"

Gus Dur masih diam. Wartawan mulai tenang, menunggu kejutan.

"Ah wong nggak kena aja kog pada ribut," kata Gus Dur sambil lalu. Wartawan pun tertawa puas. (nam)



Baju Pramugari

Para kiai berdebat tentang boleh tidaknya bertayamum dengan kursi-kursi yang ada di pesawat, terutama bagi jamaah haji Indonesia yang berada di pesawat agak lama. Sebagian menyatakan boleh karena dalam udara ini selalu ada debu. Ada juga yang mengutip pendapat imam madzhab bahwa setiap barang yang bisa terbakar pasti memuat unsur debu.

Namun banyak pula yang menolak bertayamum dengan kursi pesawat, karena pesawat tertutup bahkan sering berada di luar angkasa. Lagi pula kursi pesawat selalu dibersihkan rutin, sehingga tidak mungkin ada debu.

Nah, di tengah perdebatan itu Kiai Mahfud Masduki nyeletuk, “Kalau masih ragu tayamum dengan kursi pesawat, yang pasti ada debunya ya baju pramugari itu. Karena dia pasti naik turun pesawat,” katanya. Para kiai lainnya tertawa, mungkin sambil membayangkan pramugari. (nam)



Amplop Kiai Tertukar

Suatu hari saat pulang mengisi acara pengajian umum, pengasuh pesantren Roudlotul Muta’allimin Kudus, KH Ma’ruf Irsyad dikuntit seseorang bersepeda motor yang melaju kencang. Ketika sampai di gang menuju rumahnya, Kiai Ma’ruf dihentikan orang tersebut yang diketahui sebagai salah seorang panitia panitia pengajian.

“Ada apa mas kok tergesa-gesa begitu,” tanya Kiai Ma’ruf.

“Maaf Pak Kiai, kami mau menyampaikan amplop bisyaroh pengajian tadi,” kata panitia.

Kontan saja Kiai Ma’ruf kaget, karena merasa sudah menerima saat berjabat tangan pamit pulang tadi. ”Lho tadi saya sudah diberi amplop kok?” ujar Kiai Ma’ruf

“Iya Kiai. Maaf, tadi kami salah ambil dari saku baju. Bukannya amplop berisi bisyaroh yang kami sampaikan, tapi tertukar kertas susunan acara pengajian,” jelasnya seraya menyampaikan amplop bisyarohnya

Kiai Ma’ruf pun tersenyum. (Qomarul Adib)


DA'I Cilik

Ada seorang dai cilik dengan semangat menyampaikan ceramahnya bahwa "Kita tidak boleh takut pada apapun saja selain Allah SWT, kita tidak boleh takut kepada syetan, jin, dan lain."

Tiba-tiba mati lampu, dan dai cilik pun ketakutan.

Lalu dia turun dari mimbar. "Hadirin... hadirin... aku takut," katanya. (Kiriman dari Rahman Duka)



Awal Bulan dan Datang Bulan

Pak Wakil Presiden H Muhammad Jusuf Kalla sempat mengundang para pentolan dua organisasi Islam Indonesia NU dan Muhammadiyah ke rumah kediamannya. Maksud hati ingin menanyakan "Kenapa sih NU dan Muhammadiyah sering lebaran berbeda, padahal kan Al-Qur'an dan Hadits yang dipakai sama?"

Singkat cerita, setelah dijelaskan akhirnya Pak Wapres faham bahwa perbedaannya adalah soal metodologi penentuan awal bulan Hijriyah. Jika NU berpendirian bahwa dikatakan awal bulan itu kalau sudah ada hilal, yakni bagian dari bulan baru yang bersinar sejenak setelah matahari terbenam. Demikian yang dikehendaki secara qath'i dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Sementara Muhammadiyah berpendirian bahwa awal bulan itu dihitung ketika bulan sudah menjadi baru atau selesai berevolusi tanpa harus nampak hilal. Kedua-duanya menghitung posisi bulan dengan ilmu hisab atau astronomi.

Jadi persoalannya adalah beda derajat saja. Jika NU berpendapat bahwa awal bulan itu terjadi setelah bulan berada pada dua derajat sehingga terjadi hilal dan bisa dilihat di bumi, sementara Muhammadiyah yang penting sudah sudah selesai berevolusi meskipun hanya nol derajat dan belum bersinar menandai bumi.

Nah Pak Wapres yang sedari awal menginginkan lebaran bersama (mungkin karena urusan hari libur dinas nasional dan lain sebagainya) akhirnya memberanikan diri untuk usul.

"Wah kalau persoalannya begitu sekarang gimana kalau NU derajatnya dikecilkan sedikit dan muhammadiyah dibesarkan dikit, nanti kan ketemu beres," katanya agak serius.

Para tamu terdiam sejenak lalu tertawa bersama-sama. Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi langsung nyeletuk, "Wah Pak Wapres ini ndak bisa membedakan antara awal bulan dan datang bulan," katanya. "Ya namanya Wapres saudagar ya begitu-itu pikirannya." Para tamu tertawa lagi. Persoalannya tidak sesederhana itu Pak Wapres!(Anam)


Sumber Artikel=http://nu.or.id
Iliustraasi=http://aziachmad.wordpress.com

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Mantaappp,.........

Unknown mengatakan...

Hahaha.........mantaap banget ceritanya, lucu

Unknown mengatakan...

mantap...
____
teruslah berkarya.!

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!