6.7.10

KH.Said Aqiel Siraadj Pasca Gus Dur


Oleh: Affandi Mochtar
KH. Said Aqiel Siradj, ketua umum PBNU sekarang ini, sesungguhnya tokoh yang bisa diharapkan melakukan langkah-langkah dinamisasi kitab kuning sehingga kembali pada posisi strategisnya, sebagaimana pada era kepemimpinan al-maghfurlah Gus Dur.

Kang Said –panggilan akrab KH. Said Aqiel Siradj- terlahir dari keluarga pesantren Cirebon, dibesarkan di lingkungan pesantren yang kental dan salaf. Belajar ke Timur Temgah, khususnya di Madinah, belajar berbasis kitab-kitab salaf, kitab-kitab kuning. Kemudian berperan di dunia internasional sebagai tokoh intelektual muslim yang berbasis nalai-nilai Islam tradisional pesantren, nilai-nilai yang terkandung dalam kitab kuning. Ketika beliau diminta pulang ke tanah air oleh Gus Dur, dan beberapa saat menemani beliau, juga selalu berusaha menghidupkan kajian kitab kuning. Lontaran wacananya yang mencoba menegaskan kembali Manhaj Ahli Sunnah wal Jama’ah di tubuh NU, sungguh merupakan hasil bacaan yang cemerlang terhadap khazanah Islam pesantren, kahzanah kitab kuning.

Sesibuk apa pun, Kang Said selalu saja menyempatkan diri untuk member pengajian. Ini dilakukannya di rumahnya, minimal setiap Selasa malam Rabu beliau member pengajian bandongan, dengan membacakan kitab Mafatih al-Ghaib atau Tafsir Kabir karya Al-Razi di hadapan ratusan audience (mustami’in) yang dengan suka rela dating ke kediamannya. Tidak sedikit dari mereka yang mengaji ini adalah para dosen ulumul Qur’an dan tafsir dari perguruan tinggi negeri dan swasta di tanah air. Dari berbagai khidmah beliau terhadap kajian dan pengajian kitab kuning inilah, tampaknya Kang Said lah pemimpin NU, setelah Gus Dur yang bisa diharapkan kembali melakukan dinamisasi kitab kuning. Wallahu a’lam bi al-Shawab(NU Online)

* Penulis adalah Wakil Sekjen PBNU yang juga Sekdirjen Pendidikan Islam di Kementrian Agama RI. (Tulisan ini adalah ceramah di Parung akhir Mei 2010 yang disunting oleh Ali Mursyid)

0 komentar:

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!