8.8.10

Pemutaran Film Dokumenter "BABAD TANAH PEMALANG" Di pendopo Pemalang


Film dokumenter ‘Babad Tanah Pemalang’ (BTP) produksi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Pemalang yang dilaunching Senin malam (2 /8) di pendopo kabupaten menjadi buah bibir masyarakat yang memang haus hiburan sekaligus masih awam terhadap latar belakang sejarah daerahnya.
Film garapan sutradara asal Pemalang, Torro Margens yang naskah cerita dan skenarionya diracik penulis dan sutradara kondang Imam Tantowi, dinilai mampu memberikan gambaran masyarakat Kota Ikhlas akan masa lalu kabupaten tertua di telatah pantura tersebut.

Dalam film yang dibintangi sejumlah aktor nasional dan diramaikan sekitar seratus pemain lokal tersebut dikisahkan keberadaan Pangeran Benowo paska kemelut kekuasaan di Kesultanan Pajang.
Putera Sultan Hadiwijoyo (Joko Tingkir) dari istri selir itu kemudian memutuskan menetap di Kadipaten Pemalang yang sedang ‘komplang’ (tak mempunyai raja) setelah ditinggal sang adipati Anom Windugalbo.

Pemalang sendiri merupakan telatah gemah ripah dibawah rehrehan Kesultanan Pajang. Kadipaten Pemalang sebagaimana digambarkan dalam cerita sinea itu merupakan kawasan penting yang sepeninggal sang adipati hanya dipimpin seorang patih muda bernama Jiwonegoro. Patih yang bersahaja namun sakti mandraguna ini dengan rendah hati mengakui dirinya hanyalah seorang patih, sedang Pemalang ditinggalkan rajanya.

Terkisah di suatu malam Jiwonegoro yang dalam legenda dikenal dengan julukan Patih Sampun, mendapat wisik dari Gusti Kang Murbeng Dumadi berupa tengara hadirnya sebilah keris pusaka luk tigabelas. Ternyata dikemudian hari wisik itu menjadi kenyataan, Pangeran Benowo yang notabene pewaris pusaka keris luk tigabelas bernama Kyai Tapak, benar-benar datang untuk menjadi raja di Pemalang.
Kehadiran Pangeran Benowo bersama guru spiritualnya Ki Julung Wangi dan resi pengasuh Ki Buyut Jamur Apu disambut oleh Syeh Talabudin, ulama asal Cirebon yang mengasuh padepokan santri di Warung Asem dan Padurungan Taman.
Syeh Talabudin dan Ki Julung Wangi merupakan sahabat seperguruan ketika menimba ilmu pada seorang wali di Demak Bintoro. Oleh Syeh Talabudin, Pangeran Benowo yang kemudian menjadi muridnya disarankan tetirah untuk menenangkan diri sekaligus memimpin Kadipaten Pemalang yang telah komplang karena dua petingginya, yaitu Adipati Anom Windugalbo dan Patih Gede Murti, telah meninggal.
Pangeran Benowo memenuhi harapan ulama tersebut, kemudian ditabalkan menjuadi Adipati Pemalang di pendopo kadipaten. Penobatan tersebut berlangsung malam hari pada 1 Syawal bertepatan pada tanggal 24 Januari 1575 yang dikemudian hari ditetapkan menjadi Hari Jadi Kabupaten Pemalang. (Ruslan Nolowijoyo)www.pesisirnews.com

2 komentar:

AL-MUKARROMAH mengatakan...

1.ssalamualaikum.wr.wb syukur alhamdulillah aku bisa menumukan situs ini dan aku suka sejarah pemalang juga sdng mencari jejak sejarah desa sokawangi semoga situs ini bisa membantu .ami6

5unotoh3ru mengatakan...

jadi, sak benere hari jadi pemalang adalah 1 syawal, dong?? karena ketika itu, para murid-muridnya sunan demak itu Islam, berama Islam, danpenanggalan Islam. kenapa tidak gunakan 1 Syawwal saja ya. apa memang sengaja semua diubah ke tahun masehi agar terkesan "masehi pula" sejarah dan masyarakatnya.//

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!