17.10.10

Hizbut Tahrir berusaha Ambil alih Masjid dan Aset NU lainya..Waspadai...!!!


Hizbut Tahrir berusaha Ambil alih Masjid dan Aset NU lainya..Waspadai...!!!
oleh WARGA NAHDLIYIN DUKUNG PANCASILA TOLAK KHILAFAH pada 05 Oktober 2010 jam 0:37

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama beberapa waktu lalu resah. Sekelompok orang yang dikenal sebagai Islam garis keras mengambilalih mesjid NU yang dikenal moderat. Akibatnya ceramah-ceramah bernada keras dan mencaci kelompok lain yang tidak sepaham mulai terdengar dari masjid milik organisasi Islam terbesar di Indonesia itu.



NU menyejukkan Adzan Isya berkumandang dari corong pengeras suara Mesjid Al Hidayah, di Ketintang Baru X, Surabaya, Jawa Timur. Satu persatu jemaah berdatangan untuk bersholat. Malam itu tak banyak jemaah hadir, hanya satu baris atau saf saja.

Orang mengenal Masjid Hidayah sebagai masjid NU. Pengurus Masjid, Hisyam Hidayatullah, menuturkan jemaah Al Hidayah tidak fanatik terhadap salah satu ajaran fiqih. Di masjid itu, kegiatan tahlil dilakukan, namun juga tidak mewajibkan jemaah membaca qunut di saat Subuh. Tahlil dan Qunut adalah salah satu ritual ciri khas masjid Nahdlatul Ulama.

Hisyam mengatakan, di masjidnya lebih sering terdengar ceramah-ceramah yang menyejukkan, ketimbang ceramah hujatan atau ceramah yang menyalahkan kelompok lain. Kehidupan keagamanan di sekitar masjid pun terasa sejuk.

Hisyam, pengurus masjid yang juga guru agama di Sekolah Al Muslim mengatakan:



'Selama yang saya dengarin eh beberapa khotbah itu, memang beberapa tapi tidak mewakili. Memang begitu kadang. Orang itu buntu ketika menjalani bahwa syariat Islam itu tidak diangkat. Padahal sumbernya bukan itu kita langsung campur rata kita jadi syariat Islam semua kan tidak begitu. Mustinya kita ya tetap harus menghargai, gimana orang lain. Padahal intinya Islam itu kan rahmat tahlil alamin. Enggak ada yang lain.'



Hizbut Tahrir: menyalahkan orang lain



Kesejukan itu sempat hilang setahun lalu. Penyebabnya adalah pengajian yang digelar organisasi Hizbut Tahrir Indonesia HTI. Menurut Hisyam, pengajian saat itu lebih banyak bicara soal politik dan menyalahkan orang lain.



Hisyam Hidayatullah: 'Ini dibuktikan pernah Hizbut Tahrir berceramah di sini. Lama-kelamaan didengar intinya kok pengajian istilahnya hanya membicarakan orang lain. Politik. Itu-itu saja. Nah otomatis ada keluhan dari masyarakat. Masyarakat nggak enak langsung kita hentikan.'

Ketua Masjid Hidayah, Sukiman juga merasakan hal sama. Ia kemudian menghentikan semua kegiatan Hizbut Tahrir di masjidnya.

Sukiman: 'Ya dia minta tempat waktu itu memang sementara saya berikan. Tapi setelah saya melihat kegiatannya yang kami sendiri kurang bisa menerima, kami katakan maaf. Jadi untuk sementara kami hentikan dulu. Kita hanya mengajak semua umat Islam bersatu kembali mempelajari ajaran-ajaran yang telah dicontohkan Rasulullah. Itu aja, enggak ada lain. Nggak ada blok-blokan. Ya seperti yang saya katakan. NU ya tidak, Muhammadiyah ya tidak. Tapi bukan berarti kita tidak senang terhadap Muhammadiyah atau NU. Tidak Semua golongan kita oke, monggo, asalkan semua menuju kepada kemajuan Islam, kebersamaan, kerukunan dan melaksanakan apa yang diajarkan Rasulullah.'

Selain pengurus, warga sekitar masjid pun mernprotes. Akhirnya kegiatan Hizbut Tahrir di masjid Al Hidayah pun berhenti.



Disusupi Hitzbut Tahrir Masjid Al Hidayah, di Ketintang Surabaya, hanyalah salah satu dari sekian banyak masjid NU yang sempat disusupi HTI ( Hizbut Tahrir Indonesia ). Kelompok ini, adalah salah satu kelompok Islam garis keras yang menghendaki penerapan syariat Islam di Indonesia.

Menurut Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU, jumlah masjid yang dicoba untuk diubah pemikirannya cukup banyak. Kebanyakan adalah masjid-masjid milik warga NU. Pengurus PBNU, Masdar F. Masudi mengatakan mendapat laporan dari cabang-cabang NU di daerah, soal adanya pengambilalihan aset-aset NU, salah satunya adalah masjid-masjid NU.

Masdar mengatakan pengambilalihan masjid-masjid itu dilakukan oleh kelompok yang merasa paling benar dan menganggap NU sesat. Hizbut Tahrir adalah salah satunya.

Masdar F. Masudi: 'Pada prinsipnya adalah penganut Islam garis keras yang gampang menuduh orang yang berbeda sebagai ahli bid'ah sebagai sesat. Pokoknya begitu berbeda dengan mereka kemudian distigmatisasikan sebagai kelompok sesat. Sebenarnya sejak lama kelompok-kelompok ini menganggap NU sebagai kelompok yang harus dibersihkan. Sebab dalam pandangan mereka kelompok NU sebagai penganut tahayyul, bid'ah dan khurafat.'



Pengambilalihan sistematis Masdar mengatakan pengambilalihan masjid NU itu dilakukan secara sistematis di berbagai daerah yang selama ini dikenal sebagai kantong NU seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur dan beberapa daerah di Jakarta. Masdar F. Masudi: 'Mereka bahkan sebagian dengan cara yang menurut saya bisa dikatakan licik. Jadi mereka menanam tenaga kerja cleaning service gratis. Kemudian dalam seminggu, mereka sudah mulai memainkan peran, sampai mereka masuk ke pengurusan masjid. Di beberapa daerah mereka juga berani mengambil imamnya, kemudian kepengurusanya diubah, mereka kemudian mengambil kendali di situ.'

HTI bukan satu-satunya kelompok yang berusaha mengambilalih masjid NU. Pengurus Rois Syuriah NU Surabaya, Imam Ghozali Said mengatakan ada banyak kelompok lain, meski memang HTIlah yang paling aktif bergerilya.

Imam Ghozali: 'Kalau yang terkenal adalah HTI. Kalau di kampus-kampus itu kelompok - tapi mereka agak moderat sih -kelompok tarbiyah Islamiyah. Itu mengembangkan pola-pola pemahaman keislaman yang literal, yang tidak menerima penalaran dan mengaggap pemerintahan Indonesia sebagai pemerintahan jahiliyah yang dalam jangka waktu panjang harus diperangi.'



Menyalahkan ritual NU Menurut Imam Ghozali, pemahaman keagamaan kelompok-kelompok ini beda dari NU. Bukan sakedar beda, mereka juga menyalahkan ritual keagamaan NU. Seperti qunut, tahlil, ziarah kubur, serta tradisi NU lainnya.

Imam Ghozali: 'Yang bahaya mereka menangnya sendiri. Mereka menolak dialog, memahami Al Quran secara literal tidak kontekstual. Sehingga kalau dalam bahasa Ushuil Fiqihnya mereka itu memahami Quran dan hadits secara istiglali tidak mengakui cara pemahaman istiqrai, padahal dalam pemahaman keagamaam dua itu diakui. Kalau di NU dalam hubungan masyarakat, tradisi, itu pendekatan istiqrai. Artinya masyarakat melaksanakan tradisi keagamaan asalkan tidak ada larangan yang sharih dari Al Quran dan Hadist, itu boleh dilakukan. Kalau mereka sepanjang tidak ada Al Quran dan Hadist itu bid'ah harus dibasmi. Cara berpikirnya seperti itu.'

Peneliti senior pada Wahid Institut, Abdul Moqsith Ghazali mengatakan pengambilalihan masjid-masjid NU itu berdampak pada citra masjid tersebut.

Moqsith Ghazali: 'Impikasi perebutan seperti ini bukan hanya warga NU kehilanngan aset tapi juga perubahan wajah dan karakter masjid itu sendiri. Masjid jadi medium untuk mencaci kelompok lain yang dianggap sesat dan menyesatkan, menyebarkan fitnah dan sebagainya. Dan mesjid bisa saja jadi salah satu medium untuk memvonis tradisi-tradisi masyarakat lokal yang diangap Bid'ah khurafat dan tahayul. Itu implikasi jatuhnya masjid-masjid NU di tangan keompok-kelompok garis keras.'

Hizbut Tahrir Indonesia membantah semua tudingan bahwa organisasinya telah merebut masjid-masjid NU. Sekjen Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Al Khathath.

Al Khathath: 'HTI tuh tidak ada istilah merebut masjid. HTI itu dakwahnya kepada seluruh umat. Di masjid, di pabrik, di kantoir, pabrik, itu semua adalah objek dakwah kita untuk mengajak hidup secara Islami, untuk melanjutkan Islam sebagaimana telah dirintis Rosul dan pada khalifah sesudahnya. Jadi kita pasti berdawah di tengah-rengah masyarakat.'

Al Khathath juga menegaskan organisasinya selalu berdakwah dengan cara damai.

'Politik itu kan contoh dakwah Rosululloh. Jadi rosul itu memberikan contoh dakwah pikiran dan tanpa kekerasan. Jadi tidak ada kekerasan HTI. Karena Rosul itu memberikan contoh dakwah pikiran dan tanpa kekerasan.'

Fungsi masjid Lalu apa sebenarnya fungsi masjid ? Abdul Moqsith Ghazali, peneliti senior Wahid Institut mengatakan:

'Fungsi masjid adalah pencerahan pada umat. Kedua mesjid mestinya sebagai tempat advokasi pemberdayaan masyarakat bawah, misalnya melalui zakat. Selama ini kan dipakai untuk itu. Jadi zakat tidak usah masuk ke negara karena itu jadi alat kelompok civil society untuk memberdayakan kelompok masyarakat di bawah. Masjid juga sebagai tempat belajar mengajar. Kemudian apa yang diajarkan, persoalannya di situ. Kalau yang diajarkan tuntunan untuk menghancurkan orang lain, menghancurkan umat agama lain, itu yang sangat meresahkan warga NU yang selama ini dikenal sebagai kelompok islam yang moderat dan toleran.

Masjid adalah sarana tempat beribadah. Masjid tempat makhluk bertemu dengan Tuhannya. Dari masjid diharapkan muncul pesan-pesan Tuhan penuh keramahan dan keindahan. Tentu kita tidak ingin pesan-pesan kekerasan muncul dari masjid atau tempat ibadah agama apapun di Indonesia.

1 komentar:

Abdurrahman Haidar mengatakan...

Madinah Bukan dinul Islam, karena Nabi mengikat negara tersebut dengan MITSAQ MADINAH, BUKAN dengan AL-QUR'AN ! Ingat,, yang pertama dilakukan nabi di Madinah adalah MEMBANGUN MASJID,bukan MEREBUT MASJID !

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!