4.6.10
Humor GUS DUR Belum Habis
Posted By
Abdurrahman Haidar
On
Jumat, Juni 04, 2010
Humor Gus Dur tidak ada habisnya. Semua teman, kerabat dan kolega Gus Dur mempunyai cerita seputar humor segar yang disampaikan Gus Dur dalam berbagai kesempatan. Berikut tambahan cerita humor Gus Dur yang diunduh dari gusdur.net dan sumber lainnya.
Kesatuan Ummat Beragama
Guyonan lainnya dilontarkan Gus Dur saat menghadiri "Seminar wawasan kebangsaan Indonesia" di Batam. Di hadapan 100 pendeta dari seluruh propinsi Kepulauan Riau, Gus Dur menjelaskan kebersamaan harus diawali dengan sikap berbaik hati terhadap sesama.
"Oleh karena itu seluruh umat bertanggung jawab atas masa depan bangsa. Boleh berantem satu sama lain, tapi keselamatan bangsa tetap diutamakan," kata Gus Dur disambut tawa peserta.
Stek Tumbuhan
Di ruang perpustakaan pribadinya, sedang terjadi diskusi yang serius antara Gus Dur dengan salah seorang anaknya yang kepingin jadi anggota LKIR.
Gus Dur: "Memangnya apa yang bisa kamu sumbangkan untuk LKIR sekolahmu?"
Anak: "Sebuah penemuan dari penelitian yang saya lakukan sendiri."
Gus Dur: "Apa itu?"
Anak: "Penggabungan (stek) tiga jenis tumbuhan yang sangat berlainan spesiesnya. Dan ternyata berhasil."
Gus Dur: "Apa tiga jenis tumbuhan itu ...?"
Anak: "Kelapa, singkong, dan tebu."
Gus Dur: (terdiam, sepertinya tidak percaya) "Lalu apa yang terjadi dengan ketiga tumbuhan itu?'
Anak: "Jadi gethuk
Ada Dua "Gus" Yang Musuh Orba
Di kalangan Nahdliyin, Gus adalah julukan bagi anak kiai yang mereka hormati . Panggilan hormat itu tetap melekat, bahkan sampai si anak sudah jadi bapak atau kakek . Begitulah, menurut Gus Dur, ada Gus Nun, Gus Mus, dan lain-lain-anpa menyebut diri sendiri.
Lain sikap hormat kalangan Nahdliyin, lain pula pandangan pemerintah Orde Baru. Yang terakhir ini tak suka dengan para Gus itu, terutama yang kritis terhadap kekuasaan.
Kekritisan Gus Dur terhadap pemerintah Orde Baru mengakibatkan ia "dikucilkan." Gus Nun sering ngomong pedas, maka dianggap musuh pemerintah juga .
Tapi , kata Gus Dur, di acara jamuan makan malam bersama tamu-tamunya, sebenarnya ada satu "Gus" lagi yang tidak disukai pemerintah .
Para tamu pun penasaran, dan menunggu Gus siapa lagi gerangan yang dimaksud .
"Gusmao...," ungkap Gus Dur menyebut nama belakang Kay Rala Xanana (sekarang Presiden Timor Leste), pemimpin Fretilin yang saat itu masih di penjara.
Menyesal Bertemu Bidadari
Humor Beliau yang ini seolah menyindir tentang maraknya Kekerasan yang mengatasnamakan agama.
Dalam menanggapi aksi jihad yang dilakukan oleh segelintir warga muslim yang percaya kematiannya dalam bom bunuh diri akan menjamin tempat di surga, Gus Dur malah kembali melemparkan leluconnya.
"Gus, betulkah para pengebom itu mati syahid dan bertemu bidadari di surga?" tanya seorang wartawan kepada Gus Dur.
Gus Dur pun menjawab, "Memangnya sudah ada yang membuktikan?"
"Tentu saja belum kan, ulama maupun teroris itu kan juga belum pernah ke surga. Mereka itu yang jelas bukan mati syahid tapi mati sakit. Dan kalau pun mereka masuk surga, mereka akan menyesal bertemu bidadari, karena kepalanya masih tertinggal di dunia dan ditahan polisi," lanjut Gus Dur cengeng
Radio Islami
Seorang Indonesia yang baru pulang menunaikan ibadah haji terlihat marah-marah.
“Lho kang, ngopo ngamuk-ngamuk mbanting radio? (Kenapa ngamuk-ngamuk membanting radio?)” tanya kawannya penasaran.
“Pembohong! Gombal!” ujarnya geram. Temannya terpaku kebingungan.
“Radio ini di Mekkah tiap hari ngaji Alquran terus. Tapi di sini, isinya lagu dangdut tok. Radio begini kok dibilang radio Islami.”
“Sampean (Anda) tahu itu radio Islami dari mana?”
“Lha…, itu bacaannya all-transistor. Kan pakai Al."
Ho Oh
Seorang ajudan Presiden Bill Clinton dari Amerika Serikat sedang jalan-jalan di Jakarta. Karena bingung dan tersesat, dia kemudian bertanya kepada seorang penjual rokok. "Apa betul ini Jalan Sudirman?" "Ho oh," jawab si penjual rokok.
Karena bingung dengan jawaban tersebut, dia kemudian bertanya lagi kepada seorang Polisi yang sedang mengatur lalu lintas. "Apa ini Jalan Sudirman?" Polisi menjawab, "Betul."
Karena bingung mendapat jawaban yang berbeda, akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur yang waktu itu kebetulan melintas bersama ajudannya. "Apa ini Jalan Sudirman?" Gus Dur menjawab "Benar."
Bule itu semakin bingung saja karena mendapat tiga jawaban yang berbeda. Lalu akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur lagi, mengapa waktu tanya tukang rokok dijawab "Ho oh," lalu tanya polisi dijawab "betul" dan yang terakhir dijawab Gus Dur dengan kata "benar."
Gus Dur tertegun sejenak, lalu dia berkata, "Ooh begini, kalau Anda bertanya kepada tamatan SD maka jawabannya adalah ho oh, kalau yang bertanya kepada tamatan SMA maka jawabannya adalah betul. Sedangkan kalau yang bertanya kepada tamatan Universitas maka jawabannya benar."
Ajudan Clinton itu mengangguk dan akhirnya bertanya, "Jadi Anda ini seorang sarjana?"
Dengan spontan Gus Dur menjawab, "Ho ... oh!"
DPR Turun Pangkat
Gus Dur juga sempat melontarkan guyonan tentang prilaku anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Sempat menyebut mereka sebagai anak Taman Kanak-Kanak. Gus Dur pun berseloroh anggota DPR sudah "turun pangkat" setelah ricuh dalam sidang paripurna pembahasan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) pada 2004 silam.
"DPR dulu TK, sekarang playgroup," kata Gus Dur, ketika menjawab pertanyaan wartawan tentang kejadian di DPR saat sidang itu.
UU Pornografi
Ketika semua pihak berteriak memusnahkan pornoaksi dan pornografi di negeri ini karena tidak sesuai dengan syariat Islam, Gus Dur justru kurang sependapat.dengan kelakar Gus Dur berusaha mengambil contoh dari sisi pandangan Islam tentang porno tersebut.
Misalnya saja ketika Gus Dur menjawab interview dengan Jaringan Islam Liberal, Gus Dur menyebut kitab Raudlatul Mu’aththar sebagai korban tentang kesalahan memandang pengertian daripada kata porno.
“Anda tahu, kitab Raudlatul Mu’aththar (Kebun Wewangian) itu merupakan kitab Bahasa Arab yang isinya tata cara bersetubuh dengan 189 gaya." "Kalau begitu, kitab itu cabul dong?”
gambar ilustrasi atas: rahmatmuntaha.wordpress.com
gambar ilustrasi bawah: Kaliaja.Com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar