1.6.10
Mengenal BID'AH (1) Counter Argument
Posted By
Abdurrahman Haidar
On
Selasa, Juni 01, 2010
Sahabat nahdhiyin semuanya. Argumen yang disampaikan Penuduh bid'ah sebetulnya memang sudah sangat gamblang. ijinkan saya menjadi devil's advocate dan akan saya tunjukkan beberapa flaws dari argumen itu, insya Allah. (I was one among them, so I know very well how they think :-)). Pertama, argumen 2 kategori bid'ah ( hasanah dan qabihah/sayyi’ah ) akan bermasalah jika dihadapkan kepada hadits yg disepakati oleh semua mazhab Islam ini: "setiap bidah adalah sesat dan setiap yg sesat di neraka". Karena setiap bidah itu dhalalah, maka dianya dihukumi haram (atau bahkan lebih buruk lagi, yg kalau kebanyakan bisa menjadi kufar :-)).
Dari sinilah, maka sebagian saudara2 kita itu menolak istilah bid'ah hasanah. Kedua, setiap bidah yang dilakukan sahabat Rasul SAW, tapi kemudian mendapatkan persetujuan beliau SAW, maka itu namanya bukan lagi bidah, tapi sunnah.
Contoh2 yang dikemukakan syaikh Nuruddin, seperti lafaz " rabbana wa lakal hamd " dari Muawiyah, ataupun bacaan surat Qulhu setelah membaca surat sehabis Al Fatihah di rakaat satu dan dua setiap shalat, itu adalah menjadi sunnah Nabi SAW karena persetujuan beliau. Dengan demikian pula, argumen ini nggak bisa dijadikan dasar untuk adanya kategori bidah hasanah. Ketiga, setiap bidah yang dilakukan khulafa arrasyidin bukan pula termasuk bidah, tapi sunnah khulafa yang boleh diikuti.
Memerangi orang2 yang menolak membayar zakat seperti dilakukan Abu Bakar misalnya, atau shalat tarawih berjamaah yang dianjurkan Umar bin Khatthab, atau shalat yang penuh, tidak di jama' qashar, di perjalanan seperti dipraktekkan Utsman, semuanya TIDAK termasuk bidah, tapi sunnah khulafa.
Kita tahu, Abu Dawud meriwayatkan " ikutilah sunnahku (Rasul SAW) dan sunnah khulafa urrasyidin ALMAHDIYYIN sepeninggalku". Maka, argumen bahwa hal2 yang baru di jaman khalifah yang empat itu adalah bidah hasanah pun gugur, for the sake of rasionality. Demikian, maka saya bisa memahami sepenuhnya jika saudara2 kita itu nggak akan mempan dengan penjelasan syaikh Nuruddin.
Sebetulnya, ada penjelasan lain yang bisa menjadi counter argument bagi mereka. Imam Ali AS sering berargumen dan menunjukkan kesalahan orang2 dengan menggunakan apa2 yang mereka sendiri pahami, bukan menggunakan apa2 yang kita yakini tapi asing bagi mereka. Kita pun boleh berargumen dengan pendekatan ini kepada mereka. Insya Allah, lain waktu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar