12.2.10

Dan Gus Dur pun...


Kalau aku orang dermawan, itu karena ayahku yang mengajarkan/ Kalau aku jadi orang toleran, itu karena ayahku yang menjadi panutan/ Kalau aku jadi orang beriman, itu karena ayahku yang menjadi imam/ Kalau aku jadi orang rendah hati, itu karena ayahku yang menginspirasi/ Kalau aku jadi orang cinta kasih, itu karena ayahku memberi tanpa pamrih/ Kalau aku bikin puisi, ini karena ayahku yang rendah hati/ INNAYAH WULANDARI, putri bungsu Presiden ke-4 RI, almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), tampak berkaca-kaca kala membacakan puisi Karena Ayahku di hadapan ribuan peserta tahlilan tujuh hari wafatnya Gus Dur, di Ciganjur, Jakarta Selatan, Selasa malam lalu. Innayah membacakan puisi itu untuk kedua kalinya. Setelah dibacakan di hadapan Gus Dur tiga bulan lalu, kini di hadapan orang-orang yang mencintai ayahandanya. Saya bacakan di depan Bapak (Gus Dur) tapi Bapak diam saja, tidak bilang bagus, kata Innayah. Puisi itu memang didedikasikan khusus buat ayahandanya. Awalnya, Innayah tidak berkenan membuat puisi. Tapi karena dipaksa akhirnya dia pun membuatnya. Teman-teman juga memaksa, hingga tiga bulan lalu saya bacakan di depan Bapak, ujar Innayah yang pernah menggelar acara ulang tahun di Istana saat Gus Dur menjadi Presiden ini. Kali ini, dengan penuh perasaan dan linangan air mata, Innayah kembali membaca puisi itu di hadapan para jamaah tahlil, antara lain mantan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, politisi Demokrat yang juga Ketua DPR Marzuki Alie, Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh, politisi PKB Ali Masykur Moesa, Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj, serta beberapa kiai dari berbagai daerah. Ada pula kalangan selebritis dan pelawak seperti Tarzan, Memet, dan Indro Warkop. Kawasan Jalan Warung Sila, Ciganjur, malam itu pun penuh sesak oleh umat yang mencintai dan khusyuk mendoakan Gus Dur. Acara tahlilan sendiri dimulai setelah salat Isya. Suasana berkabung penuh khidmat meski tak lepas dari kebiasaan Gus Dur: kisah nan lucu. Misalnya saat mantan Wapres Jusuf Kalla memberi kesan-kesan tentang almarhum. Di hadapan ribuan orang yang mengikuti doa dan tahlil, JK bercerita, suatu ketika saat masih menjadi menteri di zaman Gus Dur, dia pernah mempedayai Pak Presiden Gus Dur. Jusuf Kalla, saat Gus Dur menjadi Presiden, diangkat menjadi Menteri Perindustrian. Dalam suasana yang penuh ketegangan politik dan gaya kepemimpinan Gus Dur yang kontroversi, JK mengaku dia mempunyai kenangan yang tak terlupakan. Salah satunya dia pernah membohongi Gus Dur. Lo kok? Gus Dur doyan sekali memecat menteri. Setiap dua bulan sekali, Gus Dur memecat menteri. Sebenarnya, waktu itu saya sudah mau dipecat dua kali. Tapi, saya berhasil selamat, ujarnya. Nah, JK punya pengalaman tentang ini. Kata JK, waktu itu dia dipanggil Gus Dur ketika sedang berada di luar negeri. Tiba-tiba Gus Dur memerintahkannya untuk kembali ke tanah air, segera. Tanpa pikir panjang, JK pulang dan segera menghadap atasannya. Dia berpikir ada masalah yang gawat. Anda sudah tidak bisa diajak bekerjasama lagi, begitu kenang JK mengutip ucapan Gus Dur ketika itu. Dengan penuh tanda tanya, JK mempertanyakan mengapa. Anda pergi ke luar negeri tanpa izin, kata JK yang mantan Ketua Umum Golkar ini, menirukan pernyataan Gus Dur. Mendengar itu, JK langsung berpikir panjang, bagaimana agar dirinya tidak dipecat. Entah darimana idenya, tiba-tiba saja terlintas di pikirannya untuk menipu Gus Dur. Lalu,JK mengeluarkan secarik kertas. Dengan percaya diri, JK menyerahkan lembar kertas itu pada Gus Dur dan bilang: Ini surat izin dari Setneg. Gus Dur tidak melihat. Nah, karena saya tipu itu, saya selamat dari pemecatan. Tapi, pas sebulan kemudian, saya dipanggil lagi. Dan, kali itu, saya dipecat betulan, kata JK disambut gelak tawa para hadirin. Bertemu Fidel Castro Ada pula kisah mantan Kepala Protokoler Istana, Wahyu Muryadi. Selama menjabat Presiden, Gus Dur tidak terlalu mementingkan protokoler. Saat bertemu Presiden Kuba Fidel Alejandro Castro tahun 2000 lalu, misalnya, Gus Dur hanya mengenakan sandal jepit. Selain membicarakan hal serius, Gus Dur pun membuat lelucon yang membuat Fidel Castro tertawa terbahak-bahak. Wahyu saat itu mendampingi Gus Dur menginap di Hotel Melia Havana. Gus Dur dan rombongan datang ke Havana untuk menghadiri acara KTT Non Blok. Saat itu, sekitar pukul 22.00 waktu setempat, Gus Dur sedang santai di sofa kamar suite-nya di hotel tersebut. Gus Dur lagi asyik mendengarkan kaset wayang kulit dengan menggunakan headphone. Dia mengenakan celana pendek dan sandal jepit. Malam sudah hampir larut, Gus Dur dan juga para pejabat pemerintah RI lain tak mengira akan kedatangan pemimpin Kuba. Saat itu Pak Fidel Castro memang datang ke hotel secara mendadak. Dia mengenakan baju cokelat seperti seragam Pemda itu, tanpa topi, kata Wahyu. Begitu mendengar kehadiran Castro, Wahyu Muryadi pun langsung lompat dan lari ke lantai atas untuk membangunkan Menlu Alwi Shihab yang sudah terlelap tidur. Paspampres kaget, soalnya Castro memaksa masuk kamar suite Gus Dur. Aku lompat lari ke atas membangunkan Menlu Alwi Shihab yang terlihat kelelahan, katanya. Kedatangan Castro juga membuat Gus Dur panik. Dia bergegas mengenakan celana panjang. Namun, Gus Dur tak sempat memakai sepatu. Gus Dur pun menemui Castro dengan mengenakan sandal jepit. Saat itu Castro menenangkan Gus Dur dengan mengatakan Its okay Mr President, Dont be in a hurry, terang Wahyu. Setelah membahas sesuatu yang serius terkait KTT Non Blok selama 30 menit, Gus Dur dan Castro pun beradu lelucon. Seperti diketahui, Gus Dur memang sangat pandai untuk membuat lelucon di berbagai forum yang ia hadiri. Ketika bertemu Castro, Gus Dur menyampaikan lelucon tentang presiden-presiden Indonesia yang gila. Menurut Gus Dur, presiden RI pertama gila wanita, presiden RI kedua gila harta, dan presiden RI ketiga gila teknologi. Terus presiden yang keempat, coba Pak Castro tebak, kata Gus Dur saat itu. I dont know, jawab Castro. Kalau saya ini yang memilih orang-orang gila, kata Gus Dur. Castro yang selalu berpenampilan dengan janggut panjang pun langsung terpingkal-pingkal. Ini benar-benar terjadi, karena saat itu saya dan Pak Alwi yang mendampingi Gus Dur, ujar Wahyu yang mengaku kisah ini sulit untuk dilupakan dan selalu terkenang-kenang. Permudah urusan Sementara itu, selama ini Gus Dur juga identik dengan kata-kata Begitu Saja Kok Repot. Ternyata ada rahasia di balik kata-kata yang sering dilontarkan Gus Dur semasa masih hidup tersebut. Dan hal itu bisa jadi tak lepas dari kebiasaan Gus Dur yang suka bikin orang tersenyum dan tertawa. Ya joke. Dan kebanyakan orang menganggap Begitu Saja Kok Repot sekadar joke milik Gus Dur. Padahal lebih dari itu. Bagi sang putri, Zannuba Arifah Chafsoh alias Yenny Wahid, kata-kata sederhana itu sarat makna. Betapa tidak, kata-kata itu berasal dari ilmu fikih. Yakni berasal dari kosakata arab Yasir Wa La Tuasir yang artinya permudah dan jangan dipersulit. Kata-kata Gus Dur yang akrab di telinga kita yakni Begitu Saja Kok Repot itu bukan sekedar guyonan. Namun mempunyai makna yang cukup dalam. Kata-kata itu berasal dari fikih Islam; Yasir Wa La Tuasir. Artinya, permudah dan jangan dipersulit, kata putri kandung Gus Dur saat ditemui di Ponpes Tebuireng Jombang, Rabu (6 /1). Oleh karena itu, sambung Yenny, ayahnya tidak pernah mempersulit segala urusan. Semua orang yang mengalami kesulitan dan datang ke Gus Dur akan selalu dibantu. Gus Dur tidak pernah memandang latar belakang, suku, ras, agama, dan golongan. Yenny menambahkan, pernah suatu ketika ayahnya menasihati tentang pandawa dan kurawa. Bagi kebanyakan orang pandawa adalah simbol kebaikan. Sedangkan kurawa adalah simbol kebobrokan. Namun bagi Gus Dur hal itu tidak bisa dilihat secara hitam putih. Bagi Gus Dur, kurawa adalah kebobrokan yang berproses menuju kebaikan, kata Yenny menirukan nasihat sang ayah.

0 komentar:

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!