12.2.10
Setelah Gus Dur Tertidur
Posted By
Abdurrahman Haidar
On
Jumat, Februari 12, 2010
Salah satu sisi kehidupan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang kembali dibicarakan orangialah sikap kontroversialnya. Dulu, banyak orang menganggapGus Dur berkomentar atau melakukan tindakan kontroversial karenaplin-plan, inkonsisten, atau mencari popularitas. Setelah Gus Dur wafat, semua orang baru menyadari bahwakontroversi Gus Dur bukan sikap waton suloyo (asal beda), melainkan pendidikan yang amat mencerdaskan. Melalui salah satu tulisannya, KH Mustofa Bisri (Gus Mus) pernah mengatakan bahwa Allah mengirimkan Gus Dur karena akibat praktik monoloyalitas penguasa Orde Barubangsa Indonesia tidak bisa berbeda pendapat, gagu,dan harus hidup dalam keseragaman. Melalui sikapnya yang selalu membuat orang terkejut, Gus Dur melakukan counter culture untuk mencairkan kebekuan suasana. Gus Dur jugamelakukan diagnosis untuk menunjukkan banyak organ tubuh pemerintah Indonesia yang sudah membusuk. Dekrit pembubaran parlemen dan Partai Golkaradalah diagnosis terbesar karena membuka tabir kebobrokan moral elite politik kita. Dalam wawancara dengan salah satu stasiun televisi swasta, beberapa hari setelah Gus Dur wafat,mantan petinggi Orde Baru, Fuad Bawazir, mengatakan bahwa Gus Dur dijatuhkan bukan karena Bulog-Bruneigate, melainkan karena mengeluarkan dekrit. Padahal, Sidang Istimewa (SI) pencopotan Gus Dur merupakan kelanjutan dari Memorandum I dan II yang digelar atas dasar hasil penyelidikan Pansus Bulog-Bruneigate. Gus Dur mengeluarkan dekrit karena langkah MPR meminta pertanggungjawaban presiden merupakan pelanggaran terhadap UUD 1945. Gus Dur juga melakukan perlawanan terhadap tokoh Islam garis keras yang ingin memaksakan kehendak untuk mendirikan negara Islam, suatu tindakan melawan Pancasila yang bisa merontokkan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI). Jika dicermati, kehebatan Gus Dur bukan kontroversinya, melainkan tertidur-nya. Gus Dur sering tertidur ketika berada dalam forum-forum penting, tetapi dapat menyimak seluruh pembicaraan. Menurut budayawan Mohammad Sobary (Kang Sobary), orang lain hadir ketika terjaga, sedangkan Gus Dur hadir ketika tertidur. Kang Sobary pernah menulis di harian ibukota, Gus Dur tertidur lelap ketika mengikuti seminar untuk mengkaji sepak terjangnya dalam bidang sosial, politik, dan kebudayaan yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3 M). Ketika diskusi dimulai dan peserta seminar berdebat, Gus Dur terjaga. Dalam keadaan setengah sadar, Gus Dur berkata, Semua salah... Saya tidak seperti itu. Peserta seminar pun bersorak. Ketika menginap di rumah cendekiawan muslim Fachry Aly di Melbourne, Australia, Gus Dur dan tuan rumah menyetel video sambil mengobrol. Karena mengantuk, Fachry Aly minta diri untuk tidur, sedangkan Gus Dur terus menonton video. Pada larut malam, istri Fachry Aly bangun. Saat itu Gus Dur tertidur pulas. Ketika istri Fachry Ali hendak mematikan video, tiba-tiba terdengar suara Gus Dur, Jangan dimatikan, ini lagi seru-serunya. Keesokan harinya, sambil makan pagi, Gus Dur bercerita tentang video dengan baik dan tuntas. Yang luar biasa terjadi di Brussels, ketika Gus Dur mengikuti seminar tentang pembangunan sosial. Para ahli yang datang dari berbagai penjuru dunia menyimpulkan bahwa manusia sekarang hidup pada abad buntu karena banyak persoalan pembangunan tanpa jalan keluar. Ketika para pembicara menyampaikan pemikirannya, Gus Dur tertidur. Dan, ketika tampil terakhir dengan makalah Solving the Unsolved, Gus Dur memukau hadirin karena dapat mengemukakan jalan keluar yang baik. Konon, seorang filsuf terkejut oleh problem solving yang disampaikan Gus Dur. Your father is real prophet, katanya sambil menepuk-nepuk punggung Yenni,putri Gus Dur. Pada acara tahlil hari ketujuh di Tebuireng, budayawan Emha Ainun Najib (Cak Nun) mengatakan bahwa Gus Dur adalah manusia ber-maqam nabi tetapi hidup di luar era kenabian sehingga Gus Dur bukan orang yang mashum (bebas dari kesalahan). Gus Dur memang bukan nabi, tetapi memainkan irama kenabian karena kehadirannya menjadi antitesis terhadap realitaszaman yang sedang berkembang. Gus Dur tidak hanya membongkar tatanan masyarakat Indonesia yang inferior dan subordinatif akibat hegemoni tirani militer yang menjadi kacung kapitalisme internasional, tetapi juga menghadang berdirinya imperium dunia baru yang dirancang oleh Amerika Serikat (AS) yang akan mewujudkan tatanan unipolar setelah ambruknya imperium Soviet. Bung Karno pun sosok antitesis bagi imperialisme-kapitalisme, tetapi ia memiliki partnerMarxisme serta didukung penuh oleh kaum pergerakan di dalam negeri dan negara-negaraAsia-Afrika yang baru merdeka. Sedangkan Gus Dur ngluruk tanpa bala ( bergerak sendirian).Ribuan kader NU yang berjubel di sekitar dan berderet-deret di belakangnya yang kemudian menduduki kursi DPR, menteri, gubernur, bupati, hingga kaur kesra tidak membantu perjuangan Gus Dur, tetapi hanya (maaf, Gus-Mas- Cak!) mencari berkah dari kebesaran Gus Dur. Gus Dur adalah seorang hamba pilihan yang peranannyatidak terbatas oleh ruang dan waktu. Gus Dur bukan hanya seorang pejuang demokrasi,ikon pluralime, atau guru bangsa, melainkan tokoh peradaban. Tidak seperti tokoh spiritual Iran, Ayatullah Ruhullah Khomeini, yang ingin mengubah dunia dengan mengekspor Revolusi Islam,Gus Dur adalah tokoh yang berhasil membuka mata dunia bahwa Islamagama rahmatan lil alamiin. Dan, Gus Dur membuktikan sifat kerahmatan itu dengan menjalin persaudaraan bersama berbagai suku bangsa, termasuk bangsa Yahudi Israel yang dianggap musuh utama dunia Islam, untuk duduk bersama membangun persaudaraan abadi sebagai realisasi perintah Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13. Gus Dur juga akan seperti para salafus shalih yang tidak pernah meninggalkan umatnya, seperi Mbah Ampel (Surabaya), Mbah Giri (Gresik), Mbah Maling Caluring Troloyo (Mojokerto), Mbah Jaka Tingkir Pringgobayan (Lamongan), Mbah Sayyid Sulaiman Mojoagung (Jombang), dan Mbah Ud Pagerwojo (Sidoarjo). Mereka telah lama meninggalkan dunia, tetapi tetap menjadi sumber inspirasi, menjadi pengayom, dan memberikan pengayeman lahir batin kepada masyarakat. Sejak kehadiran Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyari pada 1899 , Tebuireng menjadi salah satu mercusuar bangsa Indonesia. Keberadaan maqam Gus Dur menjadikan Tebuireng kian dinamis, menjadi salah satu pintu washilah, serta menjadi titik temu bagi semua umat beragama dalam mengekspresikan kerinduannya kepada Sang Mahapencipta karenabanyak penganut agama lain yang berziarah ke makam Gus Dur. Jalan tikus di belakang kompleks Pesantren Tebuirengselalu dijubeli peziarah serta pedagang kaki lima yang ingin mengais rejeki dari karamah Gus Dur. Ayyuhan Nahdhiyin wal Muslimin Gus Dur yang telah meninggalkan alam fana tetapmengayomi dan menghidupi kita. Jika kita yang masih hidup minta dihidupi umat, mencari penghidupan di organisasi, selalu mengharap sedekah para pejabat, bergantung pada dana hibah luar negeri, atau merebut kedudukan dengan mengorbankan kepentingan rakyat, berarti kita mayyit qablal maut. Gitu aja!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar