12.4.10

PILKADA Pemalang,Tolonglah.......


Suasana menjelang digelarnya Pilkada Pemalang menghidupkan dinamika sosio-politik rakyat Pemalang yang cukup menggairahkan, mulai dari adu kreativitas partai dalam menyaring dan menjaring pasangan calon hingga berkembangnya isu yang menghiasi peta hasrat masyarakat dalam mengangankan bupati dan wakilnya yang akan dipilih nantinya. Sehingga seakan masyarakat terpetak-petak dalam opini yang berkembang. Ada yang berpendapat siapa pun yang penting memberi angpao. Ada juga pendapat yang penting dicalonkan partai idolanya, tetapi masih ada juga yang menginginkan calon yang jujur, sederhana, meski tidak banyak uang dan dari partai apa pun. Dari fenomena tersebut saya bisa menyimpulkan bahwa sebelum Pilkada masyarakat umumnya belum mengenal persis semua calon yang ada, jadi seolah-olah rakyat ”dipaksa” untuk memilih calon yang disodorkan partai, tetapi saya yakin bahwa siapa pun calon yang resmi sebagai pasangan calon bupati dan wakilnya adalah orang-orang hebat, setidaknya menurut partai pengusungnya. Untuk itu saya sebagai warga Pemalang sangat berharap kepada semua pasangan calon nantinya bahwa untuk lebih menghebatkan kehebatan yang sudah dimiliki, hendaklah jangan ditempuh dengan cara bagi-bagi uang/money politic atau politik penekanan, karena modus ini hanya akan membuyarkan dan menelikung aspirasi murni rakyat Pemalang dalam memilih bupati dan wakilnya. Termasuk munculnya suasana teror di lingkungan pegawai negeri yang memang biasa ketakutan setiap ada gelaran Pilkada, apalagi bagi para pendamba atau pemburu jabatan di birokrasi. Kemiskinan memang masih membelenggu sebagian masyarakat kita, bahkan cenderung menjadi pola sikap masyarakat di tiap even politik praktis, baik kemiskinan ekonomi, demokrasi, maupun kemiskinan ekspresi. Nah, dengan gelaran politik praktis ini kita jaga bersama-sama jangan sampai Pilkada kali ini dijadikan ajang untuk ”lebih memiskinkan” rakyat Pemalang, karena pasti berakibat terciptanya masyarakat yang apatis terhadap banyak hal, termasuk terhadap para petingginya dan hanya menyisakan loyalitas palsu. Kondisi ini tentu saja kontraproduktif bagi laju kemajuan Kabupaten Pemalang. Sangat mungkin bahwa segala keculasan dalam proses Pilkada tidak akan mampu dijangkau oleh Bawaslu dan Panwaslu, tetapi sekali lagi kepada para pasangan resmi calon bupati dan wakilnya, tolonglah dengan kesadaran ke-Indonesia-an kita niatkan bersama- sama untuk menjadikan Pilkada sebagai ajang kompetisi kualitas moral, intelektualitas, kredibilitas, kapabilitas, akseptabilitas sebagai calon pemimpin. Saya meyakini bahwa para calon, seperti juga rakyat umumnya, tidak ingin Pemalang tertinggal dengan daerah lain hanya karena memiliki pemimpin yang sebenarnya tidak layak memimpin. Selamat berkompetisi secara sehat. Drg Toto Hermawan Puskesmas, Kebondalem, Pemalang

0 komentar:

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!