1.7.10

Pertunjukan Brendung,Boneka Tradisional Kaso Yang Hampir Punah


Suku Kaso di Desa Sarwodadi, Kecamatan Comal,kabupatem Pemalang, selama ini dikenal luas oleh sebagian besar masyarakat sebagai Suku Saminnya Kabupaten Pemalang. Namun,seiring perjalanan waktu tradisi yang melingkupinya terkikis oleh kedatangan budaya modern.Padahal nilai-nilai luhur yang hendak disampaikan dari tradisi Suku Kaso,bukan hanya mampu mempersatukan antar warga akan tetapi juga mampu menyelaraskan serta mensikapi diri dengan alam.
Saat ini,satu-satunya tradisi yang masih bertahan adalah kesenian tradisional Brendung.

Kepala Suku Kaso, Sugiono, kepada Radar kemarin (30/6) mengungkapkan, seni tradisi Brendung merupakan kebudayaan turun-temurun dari nenek moyang asli Suku Kaso.
Dimana tradisi ini dimunculkan ke tengah-tengah masyarakat, sebagai perwujudan ungkapan rasa syukur pada yang punya hidup.Yakni atas keberkahan, limpahan rezeki dan keselamatan dalam menjalani hidup. "Biasanya kesenian Brendung dipertunjukkan selepas panen padi," terangnya.
Bukan hanya pada saat mendapatkan keberkahan, kesenian Brendung juga dipertunjukkan manakala warganya menghadapi masa-masa sulit atau paceklik. Seperti adanya musim kemarau berkepanjangan, Brendung akan keluar untuk meminta "kesediaan" yang punya hidup untuk menurunkan hujan. Pun halnya saat Suku Kaso ditimpa musibah.

Bersaing di tengah perubahan zaman,kata Sugiono, Seni Brendung kini kerap dipertunjukkan saat Suku Kaso mempunyai gawe besar. Yakni untuk menyambut kedatangan para tamu besar dari luar yang berkunjung ke desa yang bertetangga dengan Desa Susukan, Gintung dan Gandu ini. "Lambat laun berbagai kesenian tradisional Suku Kaso luntur dimakan zaman.Tapi untuk Seni Brendung, kami akan berusaha menjaga dan melestarikannya agar tidak hilang," ujarnya kepada Radar.

Sebelum pertunjukkan, Brendung yang terbuat dari batok kelapa,rangka tubuh dari bambu, berjilbab dan berbalutkan baju, terlebih dahulu harus ditaruh di tempat-tempat angker tertentu yang ada di Desa Sarwodadi sebagai bentuk penjamasan.Dengan tujuan,nantinya roh yang merasukinya akan menunjukkan eksistensinya dalam boneka Brendung yang telah dihiasi sedemikian rupa hingga menyerupai manusia. Dimana untuk persiapan ini, setidaknya memakan waktu tiga hari, mulai Rabu Pon, Kamis Wage, hingga hari terakhir pada Jumat Kliwon. "Kalau tidak dijamas, pertunjukkannya tidak bisa maksimal," tutur Sugiono.

MENARI
Mengiringi pertunjukan Brendung, berbagai kelengkapan seperti kembang ketelon, lantunan lagu-lagu Jawa, tabuhan bumbung pring (bambu), buyung, dan penampi, akan membuat Brendung " tersenyum" kegirangan. Hal ini ditunjukkan dengan keinginannya untuk terus menari-nari. "Brendung ingin melepaskan diri agar bisa menari dihadapan orang banyak," imbuh dia.
Bagi masyarakat yang ragu, Kepala Suku menyarankan untuk mencobanya sendiri dengan memegang. Karena dalam pertunjukkannya, Seni Brendung digelar secara umum bagi masyarakat.(cw2)http:/radartegal.com(ilustrasi:wacknanda.co.cc

1 komentar:

Mr. Ivan mengatakan...

kok tidak ada gambar nya ya?

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!