17.9.10

Buku: ARGUMEN AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH ; Menjawab Tudingan Kaum Wahabi


Mayoritas ummat Islam Indonesia, bahkan di dunia adalah penganut aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah. Ajaran-ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah begitu berakar dan membumi dalam tradisi, budaya dan kehidupan keseharian masyarakat muslim Indonesia. Memang ajaran-ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah bisa terwujud dalam manifestasi yang beragam di berbagai belahan dunia Islam karena cara hidup, kebiasaan dan adat istiadat masing-masing kawasan dunia Islam yang berbeda. Namun ada benang merah yang menyatukan semua adat-adat yang berbeda itu. Ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah selalu menjiwai berbagai tradisi-tradisi keagamaan tersebut. Di relung-relung tradisi-tradisi tersebut pasti ada ajaran-ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah yang menjadi substansi dan penggeraknya.

Bagi para ulama dan kalangan terpelajar (santri kitab kuning) akan dengan mudah menangkap ajaran-ajaran di balik tradisi-tradisi keagamaan yang berbeda-beda tersebut. Namun bagi sebagian kalangan awam mungkin agak sulit, mereka lebih memahami praktek dari pada ajarannya, mereka lebih melihat aspek lahiriah dari pada aspek bathiniyyahnya. Dari sinilah timbul kesalahpahaman terhadap sebagian tradisi-tradisi keagamaan yang ada. Sebagian kalangan awam mengira bahwa peringatan Maulid adalah khas Indonesia, Manaqiban (Syaikh Abd.Qadir Jailani) adalah khas Jawa, Qaulan dengan membaca Hikayat Samman adalah khas masyarakat Betawi dan seterusnya. Tradisi-tradisi ini diduga tidak memiliki sandaran dari tradisi masyarakat Islam Arab (great tradition), apalagi dalil-dalil dari al Qur’an dan sunnah. Sehingga ketika dikatakan kepada masyarakat awam: Peringatan maulid itu bid’ah sesat, Manaqiban itu tidak ada dasarnya, dan membaca hikayat Samman adalah khurafat, lihat saja di Negara-negara Arab tidak ada acara-acara semacam ini !? Jika kalangan awam yang diajukan kepadanya pertanyaan-pertanyaan semacam ini maka mereka akan kebingungan, namun sikap fanatik mereka akan menyelamatkan mereka. Tetapi jika mereka berasal dari kalangan yang terpelajar tetapi awam dalam agama, mereka akan perlahan meninggalkan tradisi tersebut karena dianggap tidak rasional dan membuang waktu serta dana tanpa jelas juntrungannya dan tanpa ada keuntungan pahalanya.

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini bisa sangat beragam. Sebagian orang mengatakan: Ajaran Islam itu kan rasional, dimana letak sisi rasionalitasnya ketika orang ngaji al Qur’an di kuburan, bukankah ada tempat yang lebih mulia, yaitu masjid ? Bahkan kepada jama’ah haji yang berkunjung ke gua Hira’; tempat Nabi pertama kali menerima wahyu yang berupa al Qur’an, di Jabal Nur diajukan pertanyaan sebagai berikut: Anda ke gua hira’ untuk apa? Jika sudah tahu dan melihat gua hira’ apa yang akan anda lakukan? Tidak sayangkah anda kepada waktu anda yang terbuang percuma ini, bukankah lebih baik anda menggunakan waktu anda ini untuk i’tikaf, membaca al Qur’an dan sholat di Masjidil haram ?

Bahkan lebih dari itu, bagi para guru, ustadz dan juru dakwah pada umumnya yang langsung berinteraksi dengan masyarakat awam pertanyaan seperti: Apakah Tawassul itu ? Apakah Tabarruk itu boleh ? Ini sudah sangat lumrah terdengar, bahkan dari para pengamal tawassul dan tabarruk sendiri. Mereka yang selalu membaca sholawat Badar atau Sholawat Nariyyah, mereka yang sering berziarah ke makam para wali songo dan makam para salihin, para ulama atau habaib lainnya. Jika kondisi seperti ini terus dibiarkan maka perlahan namun pasti akan merongrong kelestarian ajaran dan penganut Ahlussunnah Wal Jama’ah. Dan lama kelamaan bahkan sudah marak terjadi pertanyaan-pertanyaan dan gugatan-gugatan tersebut langsung menyentuh prinsip-prinsip akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Oleh karenanya sebagai bentuk pelaksanaan amanah dan Inkar al Munkar yang Allah bebankan kepada kaum terpelajar (ilmu keislaman), para guru dan para ustadz harus berbicara tentang masalah-masalah seperti ini dan menjelaskan kepada ummat kenyataan yang sebenarnya bahwa tradisi-tradisi keagamaan tersebut, yang telah berlangsung lama bahkan berabad-abad ada dalilnya dan jelas sandaran ajarannya. Sikap diam dan fanatik tidak lagi bisa membendung arus propanganda aliran-aliran di luar Ahlussunnah Wal Jama’ah. Harus ditegaskan beserta dalil-dalilnya bahwa peringatan Maulid bukan khas Indonesia, Manaqiban Syekh Abdul Qadir al Jilani dan pembacaan Hikayat Samman adalah salah satu bentuk manifestasi tawassul di beberapa kalangan masyarakat Indonesia. Tidak ada bedanya Manaqiban, Hikayat Samman dan sholawat Badar dengan apa yang dikatakan oleh pujangga Arab dan Islam al Bushiri:
يَا رَبِّ بِالْمُصْـطَفَى بَلِّغْ مَقَاصِدَنَا وَاغْفِرْ لَنَا مَا مَضَى يَا وَاسِعَ الكَـرَمِ
هُوَ الْحَبِيْبُ الَّذِيْ تُرْجَى شَفَاعَـتُهُ لِكُلِّ هَـوْلٍ مِنَ الأَهْـوَالِ مُقْتَحِمِ


Semua adalah tawassul dan itu memiliki dasar dan pijakan yang kuat dalam syara’. Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa perbedaan antara keduanya hanya seperti perbedaan nasi yang menjadi makanan pokok orang Indonesia dan roti yang merupakan makanan pokok orang Arab. Inilah yang ingin dijelaskan oleh buku Argumen Ahlussunnah Wal Jama’ah yang sekarang ada di tangan pembaca, sehingga akan muncul kesimpulan dari pembaca:

“Ternyata Tabarruk, Tawassul, Istighotsah, Ziarah Kubur, memakai Hiriz adalah amalan para ulama Salaf”,

“Ternyata beberapa tradisi yang dianggap menyalahi sunnah, sebaliknya sesuai dengan sunnah”,

“Ternyata beberapa amalan yang selama ini umum kita lakukan ada dasar dan dalilnya”,

“Ternyata tidak semua bid’ah itu sesat”.

Inilah kesimpulan yang akan dibuktikan oleh buku yang ada di tangan pembaca ini. Sebelum diterbitkan, tulisan-tulisan ini memang sudah dibaca oleh banyak kalangan dan alhamdulillah kesimpulan di atas yang disampaikan oleh para pembaca kepada penulis.

Memang tujuan utama dari penulisan buku ini adalah jawaban dan bantahan terhadap sebagian kalangan yang mengusung paham Takfir dan Tabdi’ (hoby mengkafirkan dan membid’ahkan). Mereka yang gemar menuduh musyrik kafir dan sesat terhadap kaum muslimin dengan sebutan Quburiyyun, Musyrikun, Ahli Bid’ah. ARGUMEN AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH membuktikan bahwa tudingan mereka ini sama sekali tidak benar. Semua pembuktian dipaparkan dengan bahasa yang lugas, meyakinkan dan tanpa basa basi. Semua paparan didukung dengan dalil-dalil yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan bukan hanya akal-akalan semata. Akar permasalahannya dibeberkan dengan jelas dan dirumuskan jawabannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang disepakati oleh para ulama dan ahli. Selamat membaca dan semoga bermanfaat, teriring permohonan doa untuk penulis semoga selamat di dunia dan akhirat, Amin.




BUKU TERBARU, Judul: {{ Argumen Ahlussunnah Wal Jama’ah (Jawaban Tuntas Terhadap Tudingan Bid’ah Dan Sesat) }}

* Judul : Argumen Ahlussunnah Wal Jama’ah (Jawaban Tuntas Terhadap Tudingan Bid’ah Dan Sesat)

* Penulis : Abu Abdillah

* Ukuran buku : 21 cm x 15 cm

* Tebal halaman : 320 halaman,- (Selain Muqadimah)

* Harga : Rp. 60.000,- (Selain ongkos kirim)

* Alamat : Bagi yang berminat bisa didapat secara on line, silahkan hubungi

Kholil Abou Fateh di kotak FB: http://www.facebook.com/profile.php?id=1789501505, atau anda kirimkan email

di alamat:

aboufaateh@yahoo.com

di sana dibicarakan “kesepakatan harga/transfer pembayaran/dan pengiriman buku”. Atau dapat pula anda datang langsung ke tempat Kholil Abou fateh, untuk alamat jelasnya silahkan kirim email.

Segera… Buku Sangat Terbatas !!!

************************************

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Pendahuluan

Ijtihad dan Taqlid

Beberapa Kaedah Istinbath dan Istidlal

Bagian Pertama:

- Tabarruk

* Pengertian Tabarruk
* Dalil-Dalil Tabarruk
* Syubhat Kalangan anti Tabarruk

- Tawassul

* Pengertian Tawassul
* Macam-macam Tawassul
* Ide Dasar Tawassul
* Kaifiat Tawassul dengan adz-Dzawat al Fadhilah
* Beragam Redaksi Tawassul
* Dalil-Dalil Tawassul dengan adz-Dawat al Fadhilah
* Tawassul Umar dengan al Abbas bin Abdul Muththalib
* Tawassul menurut madzhab empat

- Istigatsah

* Pengertian Istighatsah
* Macam-macam Istighatsah
* Dalil-Dalil Istighatsah dengan Selain Allah
* Amaliah Ulama Salaf dan Khalaf
* Syhubhat Kalangan anti Istighatsah
* Beberapa Faedah Penting

- Ziarah Kubur

* Ziarah Kubur Pada Hari Raya
* Hal-Hal yang Dibolehkan dan Dilarang Saat Ziarah Kubur
* Dalil-Dalil Ziarah Kubur dengan Tujuan Tawassul dan Tabarruk
* Jawaban atas Syubhat Kalangan Anti Ziarah Kubur
* Kisah Hikmah

- Memakai Hiriz atau Ta’widz

* Fatwa Para Ulama dan Ahli Hadits
* Syubhat Kalangan anti Hiriz dan Ta’widz

Bagian Kedua:

- Mencium Tangan Orang Saleh

- Dzikir Berjama’ah Setelah Shalat

* Dzikir Berjama’ah
* Dzikir dengan Suara Keras
* Dzikir Berjama’ah setelah Shalat dengan Suara Keras
* Doa Berjama’ah
* Penjelasan Ibnu Hajar al Haytami tentang Dzikir Berjama’ah
* Fatwa Para Ulama dan Ahli Hadits
* Syhubhat Kalangan yang mengharamkan Dzikir dan Doa dengan Suara Keras

- Dzikir Memakai Tasbih

* Beberapa jumlah dzikir yang disebut dalam sunnah
* Dzikir dengan menggunakan tasbih
* Antara menghitung dzikir dengan jari atau tasbih
* Amaliah Ulama salaf dan khalaf
* Perkataan sebagian ulama tentang tasbih
* Syubhat kalangan yang mengharamkan tasbih

- Shalat Qabliyah Jum’at

* Hadits-hadits umum
* Hadits-hadits khusus
* Atsar para sahabat dan tabi’in
* Perkataan para ulama

- Khutbah Jum’at Memakai Tongkat

Bagian ketiga:

- Talqin Mayit

- Bacaan al Qur’an untuk Mayit

* Dalil-dalil membaca al Qur’an Untuk Mayit
* Membaca al Qur’an untuk mayit menurut madzhab empat
* Pendapat ahli bid’ah
* Syubhat kalangan yang mengharamkan membaca al Qur’an untuk mayit

- Tahlil

* Perkara-perkara yang bermanfaat untuk mayit
* Menghadiahkan amal
* Pengertian tahlil
* Hukum tahlil
* Beberapa bentuk tahlil
* Menghadiahkan makanan untuk para penta’ziah

- Qunut Subuh

- Bacaan Sayyidina

Bagian Keempat:

- Bid’ah

* Pengertian Bid’ah
* Macam-macam Bid’ah
* Dalil-dalil Bid’ah Hasanah
* Beberaca contoh Bid’ah Hasanah dan Sayyi’ah
* Syubhat kalangan yang mengingkari adanya Bid’ah Hasanah

- Shalat Tarawih 20 Rakaat

* Qiyam Ramadhan dan Shalat Tarawih
* Syubhat kalangan yang mengingkari shalat Tarawih 20 Rakaat

- Adzan Jum’at Dua Kali

- Peringatan Maulid Nabi

* Sejarah Peringatan Maulid Nabi
* Hukum Peringatan Maulid Nabi
* Dalil-dalil Peringatan Maulid Nabi
* Pembacaan Buku-buku Maulid

- Daftar Pustaka

(sumber)

0 komentar:

Posting Komentar

Get this blog as a slideshow!