16.1.11
Gerakan Pemuda Ansor Sebagai Ujung Tombak Perjuangan NU
Posted By
Abdurrahman Haidar
On
Minggu, Januari 16, 2011
Gerakan Pemuda Ansor memiliki posisi penting dalam NU sejak awal kelahirnnya, tidak hanya berperan sebagai penyemaian kader-kader NU yang dinamis dan militan, tetapi juga sekaligus sebagai ujung tobak bagi perjuangan NU di semua sektor kehidupan.
Dalam situasi tantangan kebudayaan global dewasa ini NU diharapkan bisa tetap eksis, bahkan diharapkan dapat mewarnai kehidupan global dewasa ini yang penuh persaingan dan pertikaian antara berbagai ideologi-ideologi yang ekstrem dan radikal yang mengancam ketenteraman dan kedamaian. Dilain pihak gaya hidup yang konsumtif dan penghamburan energi yang berlebihan tidak hanya membuat kerusakan lingkungan sehingga terjadi climate change (perubahan iklim) dan cuaca ekstrem dalam dekade terakhir ini, tetapi juga mengakibatkan kesenjanga sosial antara kaya dan miskin.
Di tengah munculnya ektrem ideologi, ekstrem gaya hidup, itu NU akan tetap mengambil jalan tengah (ummat wasathan), karena ini merupakan jalan Islam yang sesungguhnya, sebagaimana Firman Allah.
“Dan demikianlah aku menciptakanmu sebagai umat yang (moderat, adil), agar kamu menjadi saksi atas manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas perbuatanmu.” (QS: Al Baqarah 143).
Dalam menjalanan tugas ini tentu tidak mudah, banyak tantangan terutama dari ideologi ekstrem yang ada, maka dalam kondisi seperti ini GP Ansor NU harus tampil di garis depan perjuangan NU untuk membentengi ajaran Islam ahlussunnah wal jamaah. Ajaran ahlusunnah ini berpegang teguh pada Sunnah Nabi secara, qoulan wa fi’lah wa taqriran (sabda, tindakan dan kesepakatan). Sebagai pembawa misi kenabian maka ahlussunnah selalu berpegang pada prinsip jamaah yaitu bersama dan membela kepentingan masyarakat banyak.
Dalam kondisi seperti ini maka sebenarnya Ansor di sini tidak terbatas hanya Ansoru Nahdlatul Ulama, tetapi lebih jauh lagi menjadi Ansorul Islam, Ansarullah dan Ansorul Wathan (Pembela Tanah Air). Ini bukan pengandaian tetapi telah diperankan GP Ansor.
Menghadapi tanggung jawab agama, negara dan bangsa ini GP Ansor NU perlu menyingsingkan lengan baju, karena hanya dengan demikian akan bisa mengemban peran besar sebagai syuhudu hadhari (penggerak peradaban) bangsa, tetapi juga berperan sebagai syuhud tsaqafi (penggerak intelektual) dalam membangun dan menyangga bangsa ini. Komitmen NU pada bangsa ini tidak bisa ditawar, karena NU terlibat dalam mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini sehingga ketaatan NU pada Bangsa dan negara ini bersifat mutlak. Dalam negara ini ini bukan sekadar berperan sebagai stake holder (pemangku kepentingan) yang tidak memiliki peran apapun, sebagaimana sering disebut orang. NU turut mendirikan negara ini dengan pengorbanan harta dan nyawa, karena itu NU duduk sebagai share holder (pemilik saham) dalam NKRI ini, sehingga posisinya kuat dan memiliki tanggung jawab terhadap negara ini.
Sebagai salah satu pendiri NKRI maka sense of belonging (rasa memiliki) NU terhadap negara ini sangat tinggi sehingga harus terus dibela dan dijaga dalam koridor empat pilar utama yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Demikian sikap NU terhadap negara ini. Sementara terhadap pemerintah NU menggunakan pendekatan amar makruf nahi munkar, bila pemerintah berjalan sesuai dengan aturan dan aspirsi rakyat, maka NU akan mendukung penuh kebijakan pemerintah, tetapi ini bukan berarti NU berkoalisi. Karena NU bukan partai politik yang bisa melakukan koalisi dengan pemerintah. Sebaliknya bila kebijakan pemerintah tidak sesuai dengan konstitusi dan aspirasi rakyat, maka NU akan melakukan kritik, namun ini tidak berarti oposisi, NU bukan partai politik yang bisa beroposisi.
Dengan demikian sikap NU terhadap pemerintah akan lebih proporsional dan rasional tidak apriori menerima sebagimana lazimnya dilakukan oleh kelompok koaliasi. Dan tidak apriori menolak sebagaimana dilakukan kelompok oposisi. Dengan demikian diharapkan NU akan mampu menjaga keseimbang kehidupan bernegara. Dalam konteks ini Peran GP Ansor sangat diperlukan bahkan harus menjadi ujung tombak dari gerakan kultural NU dalam menjaga bangsa dan negara ini. Tanpa diminta terbukti Ansor selalu menunaikan tugas ini. Untuk mengefektifkan peran ini tentunya GP Ansor NU perlu melakukan konsolidasi dan kaderisasi secara terencana dan teratur.
Konsolidasi Organisasi
Menghadapi tugas berat baik yang dihadapi oleh NU dan negara serta bangsa ini, tentu diperlukan sebuah organisasi yang solid, sehingga bisa berjalan secara efektik. GP Ansor NU yang lahir 1934 telah berkembang luas yang memiliki cabang di seluruh penjuru tanah air. Dan memainkan peran di seluruh level perjuangan. Setiap zaman membawa tantangannya sendiri dan setiap tantangan perlu respon dan jawaban tersendiri. Karena itu bagaimanapun organisasi yang besar ini perlu terus dikonsolidasi, ditata ulang manejemen kepemimpinannya, agar mamapu merespon dan mengantisipasi berbagai perkembangan yang terjadi.
Sistem kehidupan sosial di alam modern yang lebih individual dan rasionalistik dengan sendirinya telah merenggangkan ikatan-ikatan sosial tradisional. Dengan demikian juga akan mempengaruhi pola berorganaisasi. Kerenggangan organisasi kalau dibiarkan akan melemahkan gerak organisasi. Sementara organisasi yang lamban bergerak akan sulit merespon perkembanagan yang terjadi dengan sedemikian cepat. Demikian pula derasnya arus perubahan soosial juga mempertinggi tunbtutan masyarakat, semuanya ini hanya bisa direspon dan diantisipasi oleh organisasi yang benar-benar solid.
Dari zaman ke zaman GP Ansor bisa membuktikan kemampuannya mengambil peran dalam kehidupan di negeri ini. Bahkan dalam situasi paling sulit pun Ansor bisa mengambil peran strategis. Ini tidak lain karena organisasi ini mampu menjaga keutuhan organisasi, sehingga peran-perannya masih dirasakan tidak hanya oleh umat Islam tetapi juga oleh bangsa ini. Situasi telah berubah, tantangan ke depan makin besar, sendi-sendi organisasi muai digerogoti oleh sikap apriori, sikap mementingkan diri sendiri. Agenda bagi Ansor adalah bagaiman terus menggairahkan spirit berorganisasi, spirit membela rakyat dan keutuhan bangsa. Ini arti penting konsolidasi organisasi.
Menggerakkan Kaderisasi.
Sejak awal berdirinya GP Ansor NU adalah merupakan sebuah organisasi kader, organisasi ini didirikan untuk menyiapkan kader muda yang nantinya akan berperan di NU. Bayangkan NU telah lahir sebelum negara Indonesia ini ada, dan sekarang masih tetapi ada tidak kurang sedikit apapun bahkan semakin besar, sementara banyak organisasi seusia yang sudah tiada. Rahasia NU sebagai organisasi yang mamapu bertahan melewatan berbagai zaman yang kini berusia 85 tahun tidak lain salah satunya karena tertibnya NU dalam melaksanakan kaderisai, yang salah satunya dilaksanakan oleh GP Ansor.
Keberlangsungan organisasi selain ditunjang oleh adanya ajaran yang selalu relevan juga ditunjang oleh adanya sistem kaderisai yang runtut. Tanpa adanya kaderisasi tidak mungkin dilakukan regenerasi secara sempurna, sementara organisai tanpa regenerasi akan mengalami kejumudan dan stagnasi. Dari situ banyak organisqsiyang laahair kemudian pada berguguran. Kepentingan pragmatis dan jangka pendek, selalu mengabaikan program kaderisasi, karena kaderisai diangap sebagai sesuatu yang mahal dan tidak jelas hasilnya. Memang kaderisasi adalah human invesment (investasi kemanusiaan) jangka panjang, maka hanya pemimpin yang visoner saja yang peduli pada kaderisasi ini.
Kaderisasi ini terbukti tidak hanya dikhususkan untuk NU tetapi lebih luas lagi sebagai kaderr bangsa, terbukti banyak kader GP Ansor ayang berkiprah di berbagai lembaga-lembaga strategis, baik di pemerintahan, di organisasi kemasyarakat, di partai politik, di perguruan tinggi, di lembaga profesi, ketentaraan dan lain sebagainya. Dengan demikian menjalankan kaderisasi juga merupakan investasi besar dan sekaligus peran penting dalam membangun bangsa dan negara ini secara keseluruhan. Mengingat sangat variatifnya anggota GP Ansor, maka kaderisai mesti dilakukan secara multi disiplin dan perlu diutamakan pengembangan masing-masing talenta dari anggota, agar diseminasi atau penyebaran kader GP Ansor semakin meluas, sehingga perannya juga semakin besar.
Kaderisiasi yang teratur dan berwawasan ini eengan sendirinya akan melahirkan kepemimpinan yang visioner yang mampu membuka cakrawala organisiai dan cakap dalam mengelola organisasi dalam kondisi apapun, sehingga mampu mengemban amanat organisasi yang tidak lain adalah amanat agama dan amanat bangsa. Pemimpin yang mampu memegang amanah itulah yanga sangat diharapkan perannya dalam organisasi sebesar GP Ansor ini.
Waallahul muwafiq ila aqwamith thariq.
Wassalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Prof.DR.KH.SAID AQIL SIRADJ.MA
Disampaikan dalam pembukaan Kongres Ke XIV GP Ansor NU di Surabaya, 13 Januari 2011
(www.nu.or.id)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar